WITHOUT YOU
Mariah Carey
No I can't forget this evening
Or your face as you were leaving
But I guess that's just the way
The story goes
You always smile but in your eyes
Your sorrow shows
Yes it shows
No I can't forget tomorrow
When I think of all my sorrow
When I had you there
But then I let you go
And now it's only fair
That I should let you know
What you should know
I can't live
If living is without you
I can't live
I can't give anymore
I can't live
If living is without you
I can't give
I can't give anymore
Well I can't forget this evening
Or your face as you were leaving
But I guess that's just the way
The story goes
You always smile but in your eyes
Your sorrow show
Yes it shows
Rabu, 25 November 2009
Rabu, 11 November 2009
The Simple Past: questions and negatives
We make questions and negatives with did and didn’t.
Examples:
Did you get up early yesterday? Yes, I did.
Did Tina get up early yesterday? No, she didn’t.
We didn’t watch football match last week.
They didn’t watch football match last week.
• Simple Past Question
Did + Subject + base form + … ?
• Simple Past Negative
Subject + didn’t + base form + …
With a partner, make short dialogues as the examples below.
Examples:
1. Ela : Did Tina get up late yesterday?
Yeni : Yes, she did. She got up at seven.
2. Ela : Did she go to school?
Yeni : No, she didn’t. She stayed at home.
3. Ela : Did she have breakfast at 8.00?
Yeni : No, she didn’t. She had breakfast at 7.30.
4. Ela : Did she watch television at 10.00?
Yeni : Yes, she did. She watched television until 12.00.
5. Ela : Did she have lunch at 12.00?
Yeni : No, she didn’t. She had lunch at 12.30.
We make questions and negatives with did and didn’t.
Examples:
Did you get up early yesterday? Yes, I did.
Did Tina get up early yesterday? No, she didn’t.
We didn’t watch football match last week.
They didn’t watch football match last week.
• Simple Past Question
Did + Subject + base form + … ?
• Simple Past Negative
Subject + didn’t + base form + …
With a partner, make short dialogues as the examples below.
Examples:
1. Ela : Did Tina get up late yesterday?
Yeni : Yes, she did. She got up at seven.
2. Ela : Did she go to school?
Yeni : No, she didn’t. She stayed at home.
3. Ela : Did she have breakfast at 8.00?
Yeni : No, she didn’t. She had breakfast at 7.30.
4. Ela : Did she watch television at 10.00?
Yeni : Yes, she did. She watched television until 12.00.
5. Ela : Did she have lunch at 12.00?
Yeni : No, she didn’t. She had lunch at 12.30.
Model-model Pembelajaran Bahasa Inggris
Pendahuluan
Pendekatan (approach) sebagai seperangkat asumsi mengenai hakekat bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa. Misalnya, bila asumsi mengatakan bahwa bahasa itu ’aural-oral’, maka pengajaran dan kegiatan pembelajaran bahasa wajib mendahulukan ketrampilan menyimak dan berbicara, sedangkan ketrampilan menulis dan membaca menjadi ketrampilan yamg bersifat sekunder. Namun, jika diasumsikan bahwa mempelajari bahasa, kedua maupun asing, adalah hanya masalah pembentukan kebiasaan (habit formation), maka pengajaran dan kegiatan pembelajaran bahasa tersebut harus melalui banyak pengulangan dan latihan untuk membentuk kebiasaan pebelajar terhadap bahasa yang dipelajarinya tersebut.
(Approach: this refers to ’theories about the nature of language and language learning that serve as the source of practices and principles in language teaching’. An approach describes how language is used and how its constituent parts interlock – in other words it offers a model of langauge competence. An approach describes how people acquire their knowledge of the language and makes statements about the condition which will promote succesful language learning)
Metode didefinisikan sebagai rencana keseluruhan tentang penyajian bahan-bahan secara runtut, dimana tidak ada bagian-bagian bahan tersebut yang menunjukkan pertentangan dan semua rencana penyajian bahan tersebut atas pendekatan yang telah dipilih.
(Method: a method is the practical realisation of an approach. The originators of a method have arrived at decision about types of activities, roles of teachers and learners, the kinds of material which will be helpful, and some model of syllabus organisations. Methods include various procedures and techniques as part of their standard fare. When methods have fixed procedures, informed by a clearly articulated approach, they are easy to describe. The more all-embracing they become, however, the more difficult it is to categorise them as real methods in their own right.Procedure: a procedure is an order sequence of techniques.)
Teknik didefinisikan sebagai kiat atau strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau segala sesuatu yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu, teknik harus konsisten dengan metode dan berkesesuaian dengan pendekatan. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan itu bersifat aksiomatik, metode bersifat prosedural, dan teknik implementasional.
(Technique: a common technique when using video material is called ’silent viewing’. This is where the teacher plays the video with no sound. Silent viewing is a single activity rather tahn a sequence, and as such is a technique rather than a whole procedure. Model is used to describe typical procedures or sets of procedures, usually for teachers in training. Such models offer abstractions of these procedures, designed to guide teaching practice.)
Tidaklah bijaksana mengatakan bahwa suatu model pembelajaran tertentu merupakan yang terbaik sedangkan yang lain dianggap tidak sesuai. Ada banyak factor yang menentukan keberhasilan pembelajaran bahasa. Dua faktor diantaranya adalah pendekatan dan metode pembelajaran. Pemilihan sebuah pendekatan akan menentukan pilihan metode pengajaran dan pemilihan sebuah metode pengajaranakan memetukan teknik pengajaran, bahan-bahan pengajaran, kegiatan guru-siswa di kelas serta perangkat assessmennya. Semua factor dan aspek tersebut akan banyak mempengaruhi motivasi, minat, dan sikap pebelajar maupun guru dalam proses pembelajaran.
Keberadaan berbagai pendekatan atau metode pengajaran bahasa, pada satu sisi sangat menguntungkan guru dan siswa sebagai pelaku proses pembelajaran karena tersedianya banyak pilihan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Namun di sisi lain dapat menimbulkan kebingungan dan perasan skeptic tentang kebenaran pendekatan-pendekatan dan keefektifan metode-metode yang ada. Pada akhirnya guru akan kembali ke ‘metode’nya sendiri. Oleh karena itu pemilihan dan penentuan pendekatan dan metode yang dipakai hendaknya mempertimbangkan berbagai factor dan pandangan yang terkait denga hakekat bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh dan bagaimana pembelajaran berlangsung.
Kecenderungan-kecenderungan pembelajaran bahasa tidak terlepas dari perubahan dan perkembangan pandangan bidang linguistic dan psikologi. Perkembangan pandangan tentang studi bahasa dari Linguistik Tradisional ke Struktural dank e Transformasi-Generatif dan perkembangan pandangan tentang proses pembelajaran dari koneksionisme (Thorndike) ke behaviorisme (Skinner) sampai dengan kognitivisme (Piaget), menentukan perubahan pendekatan dan proses pembelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah.
Model-model Pembelajaran Bahasa Inggris
A. Grammar Translation Method
Grammar Translation Method (GTM) merupakan perpaduan antara kegiatan atau metode Grammar dan Translation. Pada metode Grammar (the Grammar Method) sisiwa mempelajari kaidah-kaidah gramatika bersama-sama dengan daftar atau kelompok-kelompok kosakata. Kata-kata tersebut kemudian dijadikan frase ataau kalimat berdasarkan kaidah yang telah dipelajari. Pada metode ini penguasaan kaidah-kaidah lebih diutamakan daripada penerapannya (Prayogo:1998). Ketrampilan lisan, seperti pelafalan, tidak dilakukan. Metode ini mudah penerapannya karena guru tidak harus fasih berbicara bahasa ynag harus dipelajari, sedangkan evaluasi dan pengawasannya juga tidak sulit.
Metode Translaion (the Translation Method) berisi kegiatan-kegiatan penerjemahan teks yang dilakukan dari hal mudah ke hal yang sulit (Prayogo:1998). Pertama dari bahasa sasaran ke bahasa ibu dan sebaliknya. Penerjemahan teks dilakukan dengan cara penerjemahan kata per kata maupun gagasan per gagasan termasuk ungkapan-ungkapan idiomatic. Seperti pada metode Grammar, metode Translation dapat diajarkan pada kecil maupun besar dan guru tidak harus menguasai bahasa sasaran.
Perpaduan dua metode tersebut di atas melahirkan metode Grammar-Translation (the Grammar-Translation method/GTM) yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Pengajaran dimulai dengan pemberian kaidah-kaidah gramatika dan mengacu pada kerangka gramatika formal
2. Kosakata yang diajarkan bergantung pada teks yang dipilih sehingga tidak ada kesinambungan antara kelompok atau daftar kosakata yang satu dengan yang lainnya.
3. Penghafalan dan penerjemahan merupakan cirri kegiatan yang menonjol, yaitu menghafal dan menerjemahkan kosakata dan kaidah gramatika.
4. Pelafalan tidak diajarkan atau sangat dibatasi hanya pada beberapa aspek saja.
5. Lebih menekankan pada ketrampilan membaca dan menulis daripada menyimak dan berbicara.
Dari uraian di atas, GTM dapat didefinisikan sebagai metode pengajaran bahasa melalui analisis kaidah-kaidah bahasa secara rinci dan diikuti dengan penerapan pengetahuan tentang kaidah-kaidah tersebut untuk tujuan penerjemahan kalimat-kalimat dan teks-teks, baik dari bahasa sasaran ke bahasa ibu atau sebaliknya.
Ciri-ciri GTM:
a. menekankan ketepatan:siswa diharapkan dapat mencapai standar yang tinggi alam penerjemahan
b. meruntutkan butir atau kaidah-kaidah gramatika bahasa sasaran dengan ketat dalam silabus
c. menggunakan bahasa ibu pelajar sebagai medium instruksi
GTM mendomonasi pengajaran bahasa asing di Eropah dari tahun 1840-an sampai 1940-an dan masih digunakan sampai saat ini.
Teknik-teknik dalam Grammar Translation Method
1. Translation of a literary passage
2. Reading comprehension questions
3. Antonyms/synonyms
4. Cognates
5. Deductive application of rule
6. Fill-in-the-blanks
7. Memorization
8. Use words in sentences
9. Composition
B. Direct Method
Pengajaran langsung merupakan revisi dari Grammar Translation Method karena metode ini dianggap tidak dapat membuat siswa dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing yang sedang dipelajari. Dalam proses pembelajaran, penerjemahan dilarang digunakan.
Proses pembelajaran dengan DM, guru menyuruh siswa untuk membaca nyaring. Kemudian, guru memberi pertanyaan dalam bahasa yang sedang dipelajari. Selama proses pembelajaran berlangsung, realia seperti peta atau benda yang sesungguhnya bisa dipergunakan. Guru bisa menggambar atau mendemonstrasikan
Teknik-teknik dalam Direct Method
1. Reading aloud
2. Question and answer exercise
3. Getting students to self-correct
4. Conversation practice
5. Fill-in-the-blanks
6. Dictation
7. Map drawing
8. Paragraph writing
C. The Audio-Lingual Method
Istilah audio-lingulisme pertama-tama dikemukakan oleh Prof. Nelson Brooks pada tahun 1964. Metode ini menyatakan diri sebagai metode yang paling efektif dan efisien dalam pembelajaran bahasa asing dan mengklaim sebagai metode yang telah mengubah pengajaran bahasa dari hanya sebuah kiat ke sebuah ilmu. Audio-Lingual Method (ALM) merupakan hasil kombinasi pandangan dan prinsip-prinsip Linguistik Struktural, Analisls Kontrastif, pendektan Aural-Oral, dan Psikologi Behavioristik.
Dasar pemikiran ALM mengenai bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa adalah sebagaiberikut:
1. Bahasa adalah lisan, bukan tulisan
2. Bahasa adalah seperangkat kebiasaan
3. Ajarkan bahasa dan bukan tentang bahasa
4. Bahasa adalah seperti yang diucapkan oleh penutur asli
5. Bahasa satu dengan yang lainnya itu berbeda
Richards & Rodgers (1986:51 dalam Prayogo, 1998:9) menambahkan beberapa prinsip pembelajaran yang telah menjadi dasar psikologis audio-lingualisme dan penerapan nya sebagai berikut:
1. Pembelajaran bahasa asing pada dasarnya adalah suatu proses pembentukan kebiasaab yang mekanistik
2. Ketrampilan berbahasa dipelajari lebih efektif jika aspek-aspek yang harus dipelajari pada bahasa sasaran disajikan dalam bentuk lisan sebelum dilihat dalam bentuk tulis
3. Bentuk-bentuk analogi memberikan dasar yang lebih baik bagi pebelajar bahasa daripada bentuk analisis, generalisasi, dan pembedaan-pembedaan lebih baik daripada penjelasan tentang kaidah-kaidah
4. Makna kata-kata yang dimiliki oleh penutur asli dapat dipelajari hanya dalam konteks bahasa dan kebudaaan dan tidak berdiri sendiri
Richards and Rodgers juga mengatakan bahwa ketrampilan bahasa diajarkan dengan urutan: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bentuk kegiatan pengajaran dan pembelajaran ALM pada dasarnya adalah percakapan dan latihan-latihan (drills) dan latihan pola (pattern practice). Percakapan berfungsi sebagai alat untuk meletakkan struktur-struktur kunci pada konteksnya dan sekaligus memberikan ilustrasi situasi dimana struktur-struktur tersebut digunakan oleh penutur asli, jadi juga sebagai penerapan aspek cultural bahasa sasaran. Pengulangan dan penghafalan menjadi kegiatan yang dominan pada metode ini. Pola-pola gramatika tertentu pada percakapan dipilih untuk dijadikan kegiatan latihan pola. Kegiatan-kegiatan pembelajaran berdasarkan ALM adalah: repetition, inflection, replacement, restatement, completion, transposition,expansion, contraction, transformation, integration, rejoinders, dan restoration.
Prosedur pembelajaran menggunakan ALM
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
- Menjadi model pada semua tahapan pembelajaran
- Menggunakan bahasa Inggris sebanyak mungkin dan bahasa ibu sedikit mungkin
- Melatih ketrampilan menyimak dan berbicara siswa tanpa bahasa tulis dulu
- Mengajarkan struktur melalui latihan pola bunyi, urutan, bentuk-bentuk, dan bukan melalui penjelasan
- Memberikan bentuk-bentuk tulis bahasa sasaran setelah bunyi-bunyi benar-benar dikuasai siswa
- Meminimalkan pemberian kosakata kepada siswa sebelum semua struktur umum dikuasai
- Mengajarkan kosa kata dalam konteks - Mendengarkan sebuah percakapan sebagai model (guru atau kaset) yang berisi struktur kunci yang menjadi focus pembelajaran, mereka mengulangi setiap baris percakapan tersebut secara individu maupun bersama-sama, menghafalkannya dan siswa tidak melihat buku
- Mengganti dialog dengan setting tempat atau yang lainnya sesuai dengan selera siswa.
- Berlatih struktur kunci dari percakapan secara bersama-sama dan kemudian secara individual
- Mengacu ke buku teks dan menindaklanjuti dengan kegiatan membaca, menulis atau kosa kata yang berdasarkan percakapan yang ada, menulis dimulai dalam bentuk kegiatan menyalin dan kemudian dapat ditingkatkan.
Teknik-teknik pengajaran dalam ALM
1. Dialog Memorization
2. Backward Build-up (Expansion) Drill
3. Repetition Drill
4. Chain Drill
5. Single-slot Substitution Drill
6. Multiple-slot Substitution Drill
7. Transformation Drill
8. Question-and-answer Drill
9. Use of Minimal Pairs
10. Complete the Dialog
11. Grammar Game
D. The Silent Way
Ahli-ahli psikologi kognitif dan bahasa transformasi-generatif beranggapan bahwa belajar bahasa tidak perlu melalui pengulangan. Mereka percaya bahwa pebelajar dapat menciptakan ungkapan-ungkapan yang belum pernah didengar. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa pembelajaran bahasa tidak hanya menirukan tapi aturan-aturan berbahasa dapat membantu mereka menggunakan bahasa yang dipelajari.
Dalam proses pembelajarannya, guru hanya menunjuk ke suatu chart yang berisi deretan vocal dan konsonan. Guru menunjuk beberapa kali dengan diam. Setelah beberapa saat guru hanya member contoh cara pengucapannya. Kemudian menunjuk siswa untuk melafalkan sampai benar. Dlam proses pembelajaran guru banyak berdiam diri, dia hanya mengarahkan/menunjuk pada materi pembelajaran.
Teknik-teknik the Silent Way
1. Sound-Color Chart
2. Teacher’s Silence
3. Peer Correction
4. Rods
5. Self-correction Gestures
6. Word Chart
7. Fidel Charts
8. Structured Feedback
E. Suggestopedia
Georgi Losanov percaya bahwa dalam proses pembelajaran ada kendala psikologi. Suggestopedia merupakan aplikasi sugesti dalam pedagogi dimana perasaan pebelajar mengalami kegagalan dapat dihilangkan. Dalam model pembelajarn suggestopedia, kendala psikologi pebelajar dapat diatasi.
Dalam menaplikasikan model pembelajaran ini, ruang kelas ditata sedemikian rupa sehingga berbeda dengan kelas biasa. Siswa duduk di sofa dalam bentuk setengah lingkaran dengan penerangan yang remang-remang. Beberapa poster yang berhubungan dengan materi pembelajaran dipasang di tembok. Guru menyapa dalam behasa ibu kemudian meyakinkan siswa/pebelajae kalau mereka tidak perlu berusaha untuk belajar tapi pembelajaran akan berlangsung secara alami. Guru memutar music klasik kemudian mengarahkan pebelajar untu rileks dengan cara menarik nafas panjang. Selanjutnya guru mengajak pebelajar berimajinasi tentang materi yang sedang dipelajari. Ketika mereka membuka mata . mereka bermain peran. Setelah itu, guru membaca sambil memperdengarkan music. Guru tidak member pekerjaan rumah.
Teknik-teknik dalam Suggestopedia
1. Classroom Set-up
2. Peripheral Learning
3. Positive Suggestion
4. Visualization
5. Choose a New Identity
6. Role-Play
7. First Concert
8. Second Concert
9. Primary Activation
10. Secondary Activation
F. Community Language Learning
Metode ini mempercayai prinsip ‘whole persons’ yang artinya guru tidak hanya memperhatikan perasaan dan kepandaian siswa tapi juga hubungan dengan sesama siswa. Menurut Curran (1986:89) siswa mersa tidak nyaman pada situasi yang baru. Dengan memhami perasaan ketakutan dan sensitive siswa guru dapat menghilangkan perasaan negative siswa menjadi energy positif untuk belajar.
Kursi disusun melingkar dengan sebuah meja di tengah. Ada sebuah tape recorder di atas meja. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru menyuruh siswa membiat dialog dalam Bahasa Inggris. Jika siswa tidak mengetahui guru akan membantu. Percakapan siswa direkam. Kemudian, hasil rekaman di tulis dalam bentuk transkrip dalam bahasa Inggris dan bahasa ibu. Setelah itu kaidah-kaidah kebahasaan didiskusikan.
Teknik-teknik Community Language Learning
1. Tape-recording Student Conversation
2. Transcription
3. Reflection on Experience
4. Reflective Listening
5. Human Computer
6. Small Group Tasks
G. The Total Physical Response Method
Metode ini juga disebut ‘the comprehension approach’ yang menekankan pada pentingnya ‘listening comprehension’. Pada tahap awal pembelajaran bahasa asing terfokus pada pemahaman mendengarkan. Hal ini berdasarkan pada hasil observasi bagaimana anak-anak belajar bahasa ibu. Seorang bayi mendengarkan suara disekelilingnya selama berbulan-bulan sebelum ia dapat menyebut satu kata. Tidak ada seorangpun yang menyuruh bayi ubtuk berbicara. Seorang anak berbicara ketika ia sudah siap melakukannya.
Pada Natural Approach (yang dikembangkan oleh Krashen & Terrel), siswa mendengarkan guru yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing mulai awal proses pembelajaran. Guru dapat membantu siswa untuk memahami materi dengan menggunakan gambar dan beberapa kata dalam bahasa ibu. Natural Approach hamper sama dengan Direct Method. Pada Total Physical Response (TPR), siswa mendengarkan dan merespon instruksi lisan guru. Bentuk instruksi yang diberikan seperti ‘Turn around’, ‘Sit down’, ‘Walk’, ‘Stop’, ‘Jump’, etc.
Teknik-teknik dalam the Total Physical Response Method:
1. Using Commands to Direct Method
2. Role Reversal
3. Action Sequence
H. The Communicative Approach (Communicative Language Teaching)
Mumby (1978) menyebut pendekatan komunikatif sebagai ‘communicative syllabus’. Widdowson menyebutnya sebagai ‘communicative approach’, sedangkan Richards and Rodgers menyebutnya ‘communicative language teaching (CLT). Istilah-istilah seperti notional-functional approach atau functional approach.
Communicative Approach/CA (Communicative Language Teaching) berasal dari perubahan pada tradisi pengajaran bahasa di Inngris pada akhir tahun 1960 dan kemunculannya dipertegas oleh:
1. Kegagalan ALM yang menghasilkan penutur-penutur bahasa asing atau bahasa kedua yang baik dan fasih tetapi tidak mampu menggunakan bahasa yang dipelajari dalam interaksi yang bermakna
2. Pandangan Chomsky tentang kreatifitas dan keunikan kalimat sebagai cirri dasar sebuah bahasa
CA bertujuan untuk menjadikan kompetensi komunikatif (communicative competence) sebagai tujuan pengajaran bahasa dan untuk mengembangkan teknik-teknik dan prosedur pengajaran ketrampilan bahasa yang didasarkan atas aspek saling bergantung antara bahasa dan komunikasi. Kompetensi komunikatif mencakup kompetensi gramatika, sosiolinguistik, dan strategi. Kemampuan komunikatif berbahasa (communicative language ability) meliputi pengetahuan atau kompetensi dan kecakapan dalam penerapan kompetensi tersebut dalam oenggunaan bahasa yang komunikatif, kontekstual, dan sesuai.
Beberapa pemerian mengenai kompetensi komunikatif secara umum berpandangan bahwa makna profisiensi dalam sebuah bahasa tidak hanya sekedar mengetahui sistem kaidah-kaidah gramatikal (fonologi, sintaksis, kosakata, dan semantic). Fokus metode ini pada dasarnya adalah elaborasi dan implementasi program dan metodologi yang menunjang kemampuan bahasa fungsional melalui partisipasi pemebelajaran dalam kegiatan-kegiatan komunikatif. Di bawah ini adalah perbandingan antara ALM dan CA
Audio-Lingual Method Communicative Approach
- Lebih memperhatikan struktur dan bentuk daripada makna
- Menuntut penghafalan dialog yang berisi struktur-struktur tertentu
- Butir-butir bahasa tidak harus kontekstual
- Pembelajaran bahasa adalah pembelejaran struktur, bunyi, dan kosakata
- Penguasaan atau overlearning menjadi tujuan
- Drilling menjadi teknik utama pengajaran
- Pelafalan seperti penutur asli menjadi tujuan
- Penjelasan tentang gramatika dihindari
- Kegiatan komunikatif dilaksanakan setelah proses panjang drilling dan latihan-latihan
- Penggunaan bahasa ibu dihindari
- Penerjemahan dihindari pada tingkat-tingkat awal
- Membaca dan menulis ditunda sampai ketrampilan berbicara dikuasai
- Sistem bahasa sasaran dipelajari melalui pengajaran nyata tentang pola-pola sistem bahasa tersebut
- Kompetensi bahasa menjadi tujuan yang ingin dicapai
- Variasi-variasi bahasa ditekankan, tetapi cukup diketahui oleh pebelajar
- Urutan penyajian unit-unit pelajaran ditentukan hanya berdasarkan pada prinsip-prinsip kerumitan bahasa
- Guru mengawasi siswa dan menjaga agar mereka tidak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan teori pembelajaran
- Bahasa itu adalah kebiasaan, sehingga kesalahan harus dihindari sama sekali
- Ketepatan penggunaan bahasa formal menjadi tujuan utama
- Siswa diharapkan berinteraksi dengan system bahasa
- Guru harus menyatakan bahasa yang harus digunakan oleh siswa
- Motivasi intrinsic akan timbul dari munculnya minat pada struktur bahasa sasaran - Makna adalah yang utama
- Jika dialog digunakan, maka difokuskan pada fungsi-fungsi komunikatif dan tidak dihafal
- Kontekstualisasi menjadi premis dasar
- Belajar bahasa adalah belajar untuk berkomunikasi
- Komunikasi efektif menjadi tujuan
- Drilling dapat dilakukan tetapi tidak menjadi yang utama dalam pembelajaran
- Pelafalan yang dapat dipahami menjadi tujuan
- Asalkan membantu pebelajar cara atau teknik apapun dapat digunakan; bervariasi berdasarkan umur, minat, motivasi pebelajar, dll.
- Usaha pebelajar untuk berkomunikasi didorong dari saat awal pembelajaran
- Jika diperlukan penggunaan bahasa ibu pebelajar dibenarkan
- Penerjemahan dapat dilakukan bila pebelajar mendapatkan manfaat dari pelaksanaannya
- Membaca dan menulis dapat dimulai dari hari pertama pembelajaran jika dikehendaki
- Sistem bahasa sasaran paling baik dipelajari melalui proses usaha untuk berkomunikasi
- Kompetensi komunikatif menjadi tujuan yang ingin dicapai, yaitu kemampuan untuk menggunakan system bahasa secara efektif dan efisien
- Variasi bahasa menjadi konsep utama di dalam bahan dan metode yang dipakai
- Urutan penyajian unit-unit ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, dan makna yang dapat tetap menjaga minat pebelajar
- Guru membantu pebelajar dengan berbagai cara yang dapat member I motivasi kepada mereka dalam belajar bahasa
- Bahasa diperoleh oleh seseorang sering melalui ‘trial and error’
- Kefasihan dan bahasa yang dapat diterima merupakan tujuan pembelajaran
- Siswa diharapkan berinteraksi dengan orang lain
- Guru tidak dapat mengetahui bahasa yang akan digunakan oleh siswa
- Motivasi intrinsic akan timbul dari minat terhadap apa yang dikomunikasikan oleh bahasa sasaran
Teknik-teknik pengajaran pada CA
1. Authentic Materials
2. Scrambled Sentences
3. Language Games
4. Picture strip story
5. Role-play
I. Pendekatan Integratif dan Kebermaknaan
Dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa makna pendekatan integratif pada dasarnya ada dua. Yang pertama adalah makna pendekatan integrative yang berasumsi bahwa dalam pembelajaran bahasa tidak ada urutan dan penggunaan penyajian ketrampilan berbahasa secara terpisah-pisah. Masih dalam pengertian ini, pendekatan integrative juga berasumsi bahwa ketrampilan berbahasa tidak berkembang secara berurutan dari ketrampilan menyimak, berbicara, membaca, dan kemudian menulis, melainkan bahwa setiap pembelajaran bahasa selalu melibatkan lebih dari satu ketrampilan atau bersifat integrative, seperti misalnya membaca dan menulis, atau menyimak dan berbicara atau bahkan keempat ketrampilan berbahasa secara bersama-sama, misalnya dalam kegiatan bercerita di kelas. Jdi, ketrampilan berbahasa dapat pula berkembang secara bersama-sama.
Yang ke dua aalah makna pendekatan integrative yang berkaitan degan keberadaan pendekatan-pendekatan dan metode-metode pembelajaran bahasa. Keberadaan berbagai macam pendekatan dan metode pembelajaran bahasa yang menyatakan diri sebagai pendekatan dan metode yang paling bagus, efektif, dan efisien menciptakan suatu pandangan pembelajaran bahasa ‘multiple dimensional’. Pendekatan ini merupakan pemaduan (integration) berbagai macam pendekatan dan metode pembelajaran. Pemaduan ini dapat didasarkan pada pijakan pengalaman dan kegiatan pra-ilmiah, yang kemudian memunculkan istilah ‘functionally ecletic methodology’, yang bukan merupakan bangunan ilmiah tetapi terbuka bagi masukan dan saran-saran yang berguna dari ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sistematis. Pemaduan ini dapat pula berdasarkan pada criteria dan premis-premis ilmiah yang benar, yang kemudian memunculkan istilah ‘scientific integrated approach’. Prinsip-prinsip ‘functionally eclectic method’ antara lain:
1. Memadukan apa yang berguna pada metode pengajaran yang ada
2. Memadukan setiap pengajaran yang ada kecuali pengajaran yang ‘tidak baik’
3. Memadukan setiap proses pembelajaran kecuali pembelajaran yang ‘tidak baik’
4. Merupakan antithesis bagi metode yang paten, yang mengklaim dapat ‘membunuh beberapa burung hanya dengan satu lemparan batu’
5. Memiliki analogi ‘menemukan batu yang tepat untuk membunuh burung yang tepat’ dan ‘membunuh satu burung dengan lebih dari satu batu’
Inti gagasan ‘scientific integrated approach’ adalah perpaduan antara beberapa disiplin ilmu karena prinsip-prinsip pembelajaran bahasa tidak hanya pada bidang linguistic tapi juga psikologi, dan semua bidang ilmu yang mampu menjelaskan berbagai aspek dan factor yang berkaitan dalam pembelajaran. Metode yang didasarkan pada pendekatan ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Analisis bahasa dan bahasa tertentu yang diajarkan secara antropologis dan linguistic yang dilakukan secara ilmiah
2. Analisis proses pembelajaran bahasa ke dua atau asing secara psikolinguistik
3. Pendefinisian tujuan khusus yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa
4. Masukan-masukan dari teori umum pengajaran dan dari hasil pengalaman dan eksperimentasi dalam pengajaran bahasa asing (dimensi sejarah dan eksperimental)
Berdasarkan uraian di atas, kecenderungan pembelajaran bahasa saat ini bertumpu pada 2 hal berikut ini:
a. Bahwa pengajaran dan pembelajaran bahasa yang efektif harus didasarkan pada pertimbangan berbagai factor dan aspek, sehingga membicarakan GTM dan ALM tidak akan memberikan banyak arti sebab keduanya akan dianggap sebagai bagian dari kerangka metode integrative yang lebih besar.
b. Bahwa perancangan pemograman belajar bahasa harus melibatkan berbagai bidang ilmu, misalnya linguistic, antropologi, psikologi, neurologi, dan sosiologi, karena sumbangan prinsip-prinsip yang ada pada bidang-bidang ilmu tersebut tentang bahasa dab bagaimana bahasa itu diperoleh sangat bermakna bagi pembelajaran bahasa.
Aspek kebermaknaan dinyatakan sebagai pembelajaran bahasa yang efektif dan efisien dimana dalam pembelajaran tersebut digunakan dalam situasi yang asli dan bermakna. Perlu ditambahkan bahwa kegiatan membaca dan menulis harus relevan dengan kehidupan nyata. Pembelajaran bahasa harus memberikan kesempatan bagi pebelajar untuk menggunakan beberapa fungsi bahasa yang berbeda untuk tujuan-tujuan yang nyata. Ada dua cara yang efektif agar pembelajaran bermakna, yaitu dengan mengintegrasikan keempat ketrampilan berbahasa dan dengan melibatkan bidang-bidang studi yang lain, misalnya IPA, IPS, computer, dan seni. Beberapa prinsip penting pendekatan kebermaknaan dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah sebagai berikut:
1. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (pola kalimat dan kosa kata) bahasa. Dengan demikian, struktur bahasa berperan sebagai alat unutk mengungkapkan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan)
2. Makna ditentukan oleh situasi atau konteks dimana bahasa itu digunakan
3. Makna yang sama dapat diungkapkan dengan menggunakan kalimat yang berbeda, sebaliknya kalimat atau kalimat yang salah dapat mempunyai makna yang berbeda dalam situasi yang berbeda
4. Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut
5. Motivsi belajar siswa merupakan factor penting dalam belajar bahasa asing. Kadar motivasi dapat ditentukan oleh kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran siswa
6. Bahwa pelajaran dan kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa kalau berhubungan langsung dengan kebutuhan siswa untuk berkomunikasi serta kebutuhan masa depannya
7. Dalam proses belajar mengajar, siswa merupakan subyek utama, oleh karena itu kebutuhan mereka harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran
8. Dalam proses belajar mengajar, guru bertugas sebagai fasiliatator yang membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasa
Implikasi dari prinsip-prinsip tersebut di atas dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMP dan SMA adalah bahwa (1) tema yang dikembangkan menjadi pokok bahasan digunakan sebagai dasar pengaturan bahan pengajaran ke dalam satuan pelajaran, (2) unsure-unsur bahasa: tata bahasa, kosa kata, ejaan, dan pelafalan disajikan dalam lingkup situasi atau tema yang telah ditentukan, (3) pembelajaran unsure-unsur bahasa ditujukan untuk mendukung penguasaan atau pengembangan empat ketrampilan berbahasa berdasarkan tema yang telah ditentukan, bukan untuk kepentingan penguasaan unsur-unsur itu sendiri, (4) unsure-unsur bahasa yang sulit bagi siswa dapat disajikan tersendiri secara sistematis sesuai dengan tema yang sedang dibahas, dan (5) ketrampilan berbahasa disajika secara terpadu meskipun fokusnya tetap pada ketrampilan membaca.
J. Model Tematik
Dalam model tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstual, kontemporer, kongkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan siswa yang terjadi saat ini. Budaya, social, dan regiliusitas mereka menjadi perhatian. Begitu pula, isis tema disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang dilingkungan siswa juga harus terbahas dan didiskusikan di kelas. Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara kongkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
Dari uraian di atas, tampaklah bahwa peran guru amat menentukan dalam mendesain kesuksesan pembelajaran bahasa Inggris dengan tematik:
1. Guru perlu menekankan bahwa bahasa merupakan sarana berpikir. Ketrampilan berbahasa siswa menjadi tolok ukur kemampuan berpikir siswa
2. Kreativitas siswa perlu diperhatikan oleh guru terutama dalam kreativitas berbahasa dengan menggunakan kaidah-kaidah yang ada
3. Selama proses pembelajaran berlangsung, suasana harus menyenangkan siswa. Oleh karena itu, minat, keingintahuan, dan semangat siswa perlu mendapatkan perhatian
4. Ada banyak model dan teknik yang sesuai sehinnga guru tidak perlu monoton, klise, membosankan, dan kehabisan teknik pembelajaran
5. Guru harus terlebih dahulu memperhatikan apa yang diucapkan siswa sebelum memperhatikan bagaimana siswa menungkapkan
K. Model Kuantum
Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning and Teaching) dimulai di Super Camp, sebuah program percepatan berupa Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan ketrampilan akademis dan ketrampilan pribadi. Model kuantum diciptakan berdasarkan teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Losanov), Multiple Intelligence (Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Grinder & Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning ( Johnson and Johnson), dan Element of Effective Instruction (Hunter).
Pada tahun 1940-an, Freire sudah memaparkan konsep pendidikan seperti itu. Kemudian pada tahun 1954, George Losanov, seorang psikolog, melalui penelitian bahasa menemukan bahwa belajar dapat menghasilkan sesuatu secara cepat jika berada dalam kondisi antara sadar dan tidak sadar. Hasilnya, jika anak belajar menghitung dengan model Losanov dapat menjadi seratus kali lebih cepat jika dibandingkan dengan hitungan biasa. Model Losanov dinamakan pendekatan Suggestopedia karena memanfaatkan segestif dalam proses pembelajarannya. Kemudian, Bobbi DePorter mengembangkan konsep Suggestopedia melalui berbagai penelitian sehingga berhasil menemukan konsep Quantum Learning.
Quantum Learning (QL) merupakan model pendekatan belajar yang bertumpu dari model Freire dan Losanov. QL mengutamakan percepatan belajar dengan cara partisipori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi cirri khas QL. Menurut QL, bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena ynag kompleks. Segala sesuatunya dapat berarti – setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi – dan sampai sejauh mana guru/pelatih menggubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran. Maka sejauh itulah proses belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mengingat, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat.
Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasliltasi, dan konteks denga prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum menemukan, akui setiap usaha pembelajar, dan jika layak dipelajari bearti layak untuk dirayakan. QL mengutamakan konteks dan isi. Konteks berisi tentang (1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3) lingkungan yang mendukung dan rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi terdiri atas (1) penyajian yang prima, (2) fasilitas yang luwes, (3)ketrampilan belajar untuk belajar, dan ketrampilan hidup.
Model pendidikan dirancang dengan system induktif, moving action, multi pendekatan, partisipori, dan pelibatan diri secara sadar dan tidak sadar. Kemudian, tahapannya diatur melalui persepsi, identifikasi diri, aktualisasi diri, penguatan diri, pengukuhan diri, dan refleksi. Alam digunaka sebagai sarana dasar dalam mengenal diri sendiri. Kemudian, strategi penemuan konsep dilakukan.
Ql mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Model kuantum adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar dengan menyinkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan music, mewarnai lingkungan sekeliling, menyususn bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif pembelajaran, dan keterlibatan aktif siswa dan guru. Asas yang digunakan adalah ‘Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka’.
Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek model kuantum. Prinsip tersebut adalah (1) segalanya berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Konteks dan isi sangat mendominasi dalam pelaksanaan pembelajaran kuantum. Konteks adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks dianggap sebagai suatu suasana yang mampu memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan isi berkaitan denga penyajian yang rpima, fasilitas yang luwes, ketrampilan belajar untuk belajar, dan ketrampilan hidup.
Oleh model kuantum, siswa dianggap sebagai pusat keberhasilan belajar. Saran-saran yang dikemukakan dalam membangun hubungan dengan siswa adalah:
1. Perlakukan siswa sebagai manusia sederajat
2. Ketahuilah apa yang disukai siswa, cara berpikir mereka, dan perasaan mereka
3. Bayangkan apa yang mereka katakana kepada diri sendiri dan mengenai diri sendiri
4. Ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar-benar mereka inginkan jika guru tidak tahu tanyakanlah ke siswa
5. Berbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara yang membuat mereka mendengarnya dengan jelas dan halus
6. Bersenang-senanglah bersama mereka
L. Model SAVI
Model pembelajaran SAVI bersumber pada konsep percepatan belajar (The Accelarated Learning) dengan prinsip somatic, auditori, visual, dan intelektual yang bertujuan agar siswa dapat mempercepat, meningkatkan, menciptakan, dan memanusiawikan pembelajar sehingga berkinerja tinggi. Guru harus paham prinsip-prinsip SAVI sehingga mampu menjalankan model pembelajaran dengan tepat. Prinsip tersebut adalah:
1. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh
2. Belajar adalah berkreasi dan bukan mengonsumsi
3. Kerjasama membantu proses belajar
4. Pembelajaran berlangsung dengan banyak tingkatan secara simultan
5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri
6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran
7. Otak menyerap informasi secara langsung dan otomatis
Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI adalah persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. Kreasi apapun, guru perlu dengan matang mempersiapkan keempat tahap tersebut. Pada tahap persiapan, guru perlu menciptakan kondisi belajar yang mampu memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar siswa, dan mencipatakn situasi yang nyaman dan menyenangkan dalam persiapan belajar. Dalam tahap penyampaian, guru perlu membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Dalam tahap pelatihan, guru perlu melakukan pengintegrasian pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai cara. Dalam tahap penampilan hasil, guru perlu membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan dan ketrampilan baru pada bentuk praktik nyata hingga melekat dan meningkatkan pengalaman belajar yang dimiliki.
Dalam model SAVI, apapun jenis teknik pembelajaran diperbolehkan asalkan dapat mempercepat hasil belajar dan berkesan. Piktogram, bernyanyi, bursa pertanyaan, lagu, kartu kata, simulasi, rekreasi, dan observasi merupakan teknik yang biasa digunakan dalam model SAVI. Hambatan yang sering muncul adalah keterlenaan siswa dalam larut pada aspek mediasinya disbanding pada aspek pencapaian kompetensi. Untuk itu, guru perlu konsisten dan tersistem sehingga tujuan pembelajaran tetap dapat terkontrol dengan baik.
M. Pendekatan Literasi (Literacy Approach)
Kern (2000) menyebutkan tujuh prinsip pembelajaran bahasa berbasis literasi untuk konteks pendidikan bahasa ke dua atau bahasa asing, yakni:
1. Interpretasi
Ketika peserta didik berbicara atau menulis, sebenarnya ia melakukan interpreatsi terhadap realita yang dihadapinya dan kemudian ia ‘menerjemahkan’ realita itu ke dalam bahasa. Ketika ia membaca, ia juga menginterpretasikan tulisan yang dibacanya. Oleh karena itu latihan ketrampilan bahasa merupakan hal penting yang senantiasa merangsang kegiatan interpreatsi.
2. Konvensi
Cara orang membaca tidaklah universal melainkan dituntun oleh konvensi atau kebiasaan yang ada dalam budayanya. Teks-teks yang biasa dijumpainya akan membentuk expectation tertentu dalam diri pembaca. Membaca bahasa asing dapat berarti menyesuaikan diri kepada konvensi-konvensi baru yang tidak biasa dijumpai dalam bahasa asli seseorang. Struktur teks bahasa Indonesia, misalnya, tidak dapat dikatakan sama dengan struktur teks bahasa Inggris meskipun barangkali tujuan komunikatif teks tersebut sama. Misalnya, surat undangan resepsi dalam bahasa Inggris cenderung lebih sederhana yang langsung ‘to the point’ tanpa banyak basa-basi. Ketika peserta didik diminta untuk menulis undangan berbahasa Inggris terkadang ia berusaha menerjemahkan bagian basa basi tersebut ke dalam bahasa Inggris. Usaha ini biasanya tidak berhasil karena undangan dalam budaya Inggris tidak mengandung langkah retorika tersebut.
3. Kolaborasi
Kolaborasi atau melakukan tugas secara berpasangan, berkelompok atau dengan bantuan guru adalah tahap penting dalam proses pembelajaran dan ini dimaksudkan agar peserta didik memperoleh kepercayaan diri sebelum dituntut untuk menunjukkan kinerja secara mandiri. Kolaborasi ini dapat berbentuk interaksi antar peserta didik atau peserta didik dan guru atau mempersiapkan percakapan bersama. Atau menulis sesuatu bersama. Pada saat peserta didik menulis mandiripun, masih diperlukan kolaborasi dengan guru untuk memeriksa draft atau aspek lainnya sehingga tulisan versi akhirnya merupakan hasil usaha terbaik peserta didik. Kolaborasi juga mempunyai makna lain, yaitu dalam mempertimbangkan audience. Ketika seseorang berbicara atau menulis, ia perlu mempertimbangkan siapa yang diajak berkomunikasi sehingga ia dapat memutuskan dengan baik apa yang selayaknya dikatakan dan bagaimana cara mengatakannya. Sebaliknya, sebagai pembaca pun peserta didik perlu berusaha memahami maksud penulis dengan mengerahkan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya
4. Pengetahuan budaya
Keempat ketrampilan berbahasa berfungsi dalam satu system sikap, keyakinan, kebiasaan, cita-cita dan seperangkat nilai. Ketik peserta didik mencoba berbahasa Inggris dan masih menggunakan system-sistem budaya Indonesia ia beresiko untu mengalami kesalahfahaman atau dislahfahami oleh pihak yang tidak mengerti latar belakang budaya peserta didik, sepert misalnya memberikan nomor telepon.
5. Pemecahan masalah
Kegiatan belajar mengajar disarankan melibatkan proses problem solving krena pada dasarnya orang berkomunikasi untuk memecahkan masalah. Misalnya peserta didik harus menulis undangan untu satu acara kepada berbagai pihak. Tentunya undangan yang ditulisnya tidak akan sama isisnya tergantung siapa yang diundangnya.Begitu pula jika ia harus mengundang secara lisan atau lewat telepon. Keputusan untuk mengatakan apa atau menulis apa adalah kegiatan problem solving yang berharga dalam proses pengembangan literasi
6. Refleksi
Kegiatan berbahasa tidak hanya berarti memahami atau mengungkapkan gagasan yang sedang dikomunikasikan. Kegiatan berbahasa juga juga member kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi mengenai perilaku berbahasanya dan perilaku berbahasa orang lain. Misalnya, peserta didik tidak hanya diharapkan untuk memahami makna gagasan tetapi juga merefleksikan bagaimana teks disusun, bagaimana gagasan ditata dan dihubungkan
7. Penggunaan bahasa
Literasi bukan hanya berhubungan dengan bahasa tulis atau penegtahuanleksikogrammar. Literasi mensyaratkan pengetahuan bagaiman bahasa digunakan dalam konteks lisan dan tulis untuk menciptakan wacana. Artinya, peserta didik mampu membicarakan atau menulis atau memahami atau membaca hal-hal yang bersangkutan dengan hidupnya.
Setiap rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip literasi memiliki target yang sma yakni memnuat siswa mampu berkomunikasi secara lisan dan tulis dalam bahas Ingris (the English way). Untuk mencapai kompetensi komunikatif, semua kegiatan guru dan pengalaman pembelajaran siswa diatur dalam scenario yang membantu guru mengintegrasikan pembelajaran keempat ketrampilan berbahasa. Skenario ini merupakan implementasi Genre-Based Approach.
Tahapan dan siklus Genre-Based Approach (GBA)
Ada dua siklus, yaitu siklus lisan dan siklus tulis. Setiap siklus meliputi empat tahapan seperti di bawah ini:
1. Building Knowledge of Field (BKOF)
BKOF meliputi talking atau membicarakan topic yang akan dibahas. Kegiatan ini bersifat interaktif antara guru dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik sehingga ketrampilan listening dan speaking dimulai disini. Misalnya, membicarakan makanan yang paling dikenal peserta didik seperti nasi goring. Guru dapat meminta peserta didik untuk berpartisipasi dalam mengembangkan kosa kata yang diperlukan untuk membuat nasi goring, mukai dari kata benda, kata kerja dan tata bahasa yang digunakan untuk teks ini, misalnya imperative. Kegiatan belajar membuka kamus dapat dilakukan disini, demikian pila conjunctions sederhana dapat dikenalkan karena kata-katatersebut fungsiaonal. Unsur budaya dibicarakan dalam tahap ini
2. Modelling of Text
Pada tahap Modelling of Text (MT) ini guru menyajikan teks conversation,misalnya, anatara ibu dan anak yang sedang memasak di dapur yang melibatkan petunjuk dan prosedur, memesan makanan di restoran, meminta tolong kepada pelayan toko yang sederhana dan relevan dengan kehidupan anak. Disini kegiatan mendengarkan dominan. Teks tulis seperti resep juga dikenalkan pada tahap ini dengan menggunakan bahasa yang khas resep; artinya tanpa basa basi kesantunan, padat, ringkas dan bentuk dan unsure teksnya cenderung tetap, yakni: judul, bahan, cara memasak, cara menghidangkan. Pada tahap ini kegiatan reading menjadi dominan.
3. Joint Construction of Text (JCT)
JCT berarti peserta didik secara bersama-sama, misalnya dalam kelompok atau berpasangan, menciptakan conversation sederhana mengenai cara membuat makanan da kemudian dapat menyusun resep makanan yang mereka bicarakan bersama-sama. Pada tahap ini diharapkan mereka telah dibekali denga pengetahuan dan pengalaman pada tahap BKOF dan MT sehingga mereka dapat mencontoh dan memodifikasi contoh-contoh tersebut untuk diterapkan dalam konteks resep yang baru. Disini kegiatan berbicara dominan. Pada siklus tulis, kegiatan menulis
bersama menjadi dominan.
4. Independent Construction of Text
Pada tahap Independent Construction of Text (ICT) ini peserta didik diharapkan mampu melaksanakan conversation atau monolog yang melibatkan tindak tutur yang digubakan dalam teks prosedur dalam konteks yang baru secara mandiri atau spontan. Misalnya, seorang peserta didik dapat member penjelasan kepada temannya tentang bagaimana membuat bakmi goring dalam conversation yang terkadang melibatkan monolog sehingga ia perlu menggunakan conjunction. Terbuka kemungkinan bagi peserta didik untuk membicarakan topic yang baru sebagai pengembangan dari apa yang sudah dipelajarinya.
Dalam hal teks tulis, peserta didik diharapkan mampu menulis, misalnya, resep masakan yang disukainya secara mandiri dengan menggunakan tata bahasa dan tata tulis yang sudah dipelajarinya. Hasil tulisan tersebut harus dapat difahami oleh pembacanya dengan baik. Peserta didik dapat saling bertukar resep atau menempelkan resep-resep mereka di dinding dengan diberi ilustrasi gambar. Peserta didik diharapkan merasa bangga akan hasil karyanya dan mempublikasikannya di ruang kelas. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap senang menulis dan tidak malu mempublikasikan tulisan.
Teknik mengajar apapun yang telah dipelajari dan dimiliki guru dapat digunakan dalam scenario pembelajaran di atas.
Teknik-teknik pembelajaran ketrampilan berbahasa dan kaidah-kaidah bahasa
The techniques of teaching reading skills :
1. Pre-reading activities.
2. While-reading activities.
3. Post-reading activities
The steps to teach vocabulary
Look at the theme and sub theme.
Look at the list of vocabulary in the syllabus.
Look at the text to see how many words have been include.
Select which word to teach.
Decide when and how to teach.
Techniques to teach vocabulary
1. Contextual meaning ( deducing meaning from context)
2. Paraphrasing
3. Exemplification
4. Realias
5. Demonstration
6. Gestures
7. Models
8. Completion
9. Matching
10. Close procedure
11. Sentence translation
12. Grouping
13. Word classification
14. Crossword puzzles
15. Translation
16. Comparison contrast
How To teach listening
Pre-listening Stage
- looking pictures before listening
- looking at a list of items / thoughts
- making a list of possibilities
- Reading a text before listening
- Reading through questions
- labeling pictures
- Completing part of a chart
- predicting / speculating
- Previewing the language which will be heard in the listening text
- Informal teacher talk and class discussion
The while-listening stage
Ideas for while-listening activities
1. Marking / checking
2. Matching pictures with what is heard
3. Storyline picture sets
4. Completing pictures
5. Picture drawing
6. Carrying out an action
7. Making models / arranging items in patterns
8. Following a route
9. Completing grids
10. Form / chart completion.
11. Labelling
12. Using list
13. True-false
14. Multiple-choice questions
15. Text completion
16. Spotting mistakes
17. Predicting
18. Seeking specific Putting pictures in order
Ideas for post-listening activities
1. Form / chart completion
2. Extending lists
3. Sequencing / ‘grading’
4. Matching with a reading text
5. Extending note info written response
6. Summarising
7. Using information from the listening text for problem solving and decision making activities
8. Jigsaw listening
9. Identifying relationship between speakers
10. Establishing the mood/ attitude / behaviour of the speaker
11. Roleplays / simulation
12. dictation
Types of Communication Activities
1. From listening
a. Following Instruction
b. Jigsaw Listening
c. Partial Listening
d. Sound into Stories
e. Problem Solving/ Mystery
2. From reading
a. Jigsaw Reading
b. Paralel Reading
c. Partial Reading
d. Jumbled Reading : to sequence the bits
e. Instruction
f. Problem solving
g. Reaching Concensus
h. Cloze test
3. From Writing
a. Chain Writing
b. Jigsaw Writing : In a group each student give a specific paragraph sequencing to make a story
c. Instructions : Each group write instruction to tell another group how to play a game, a find things
d. Correspondence : Groups write letters to each other - given a situation and purpose. Each group then replies
e. Unfinished story : The students are given incomplete story with the last paragraph taken out. They have to complete the story.
4. Using Drama
a. Role Play
b. Scenario
c. M i me
d. Simulation
5. Using visual Stimuli
a. Sequencing
b. Prediction
c. Spot the difference, Puzzle
d. Matching
e. Deseribe and draw
Grammar Presentation Techniques
Characteristic:
- Clear
- Efficient
- Lively and interesting
- Appropriate
- Productive
How ?
1. Using chart
2. Using dialogue
3. Using a ‘mini-situation
4. Using text contrast
5. Using text for grammar explanation
Using visual for situation
Some Ways of Teaching Grammar
1. EGRA : Exposure / Experience
Generalization
Re-enforcement
Application
2. P.G.R : Practice
Generalization
Re-enforcement
3. T.R.P : Testing
Revision
Practice
4. T.P.R : Total Physical Response
5. P.P.P : Presentation
Practice
Production
Penutup
Guru kreatif dan inovatif tidaklah akan cepat puas dengan salah satu tindakan yang dilakukannya di dalam kelas sebelum mendapatkan hasil yang memuaskan bagi dirinya, siswa, dan kepentingan akademis (Suyatno, 2007:6). Banyak jalan menuju Roma, begitu pula banyak jalan untuk menjadi guru yang terbaik di antara yang baik. Guru yang seperti ini biasanya apabila mengajar selalu:
1. Berpusat pada siswa
2. Lebih senang pola induktif daripada deduktif
3. Menarik dan menantang dalam menyajikan mata ajar
4. Berorientasi pada kompetensi siswa
5. Menekankan pembelajaran bukan pengajaran
6. Memvariasikan model dan teknik pemeblajaran
7. Menggunakan sentuhan manusiawi
8. Menggunakan media belajar yang menghasilkan pesan maksimal
9. Menilai secara autentik
10. Mengedepankan citra mengajar
Pola guru konvensional: berceramah apapun materinya
Pola guru multimodel: melakukan berbagai cara (kata kunci, skema, resume, gambar, menyusun potongan konsep, isisn lanjutan, analogi, permainan, dsb.
Pendahuluan
Pendekatan (approach) sebagai seperangkat asumsi mengenai hakekat bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa. Misalnya, bila asumsi mengatakan bahwa bahasa itu ’aural-oral’, maka pengajaran dan kegiatan pembelajaran bahasa wajib mendahulukan ketrampilan menyimak dan berbicara, sedangkan ketrampilan menulis dan membaca menjadi ketrampilan yamg bersifat sekunder. Namun, jika diasumsikan bahwa mempelajari bahasa, kedua maupun asing, adalah hanya masalah pembentukan kebiasaan (habit formation), maka pengajaran dan kegiatan pembelajaran bahasa tersebut harus melalui banyak pengulangan dan latihan untuk membentuk kebiasaan pebelajar terhadap bahasa yang dipelajarinya tersebut.
(Approach: this refers to ’theories about the nature of language and language learning that serve as the source of practices and principles in language teaching’. An approach describes how language is used and how its constituent parts interlock – in other words it offers a model of langauge competence. An approach describes how people acquire their knowledge of the language and makes statements about the condition which will promote succesful language learning)
Metode didefinisikan sebagai rencana keseluruhan tentang penyajian bahan-bahan secara runtut, dimana tidak ada bagian-bagian bahan tersebut yang menunjukkan pertentangan dan semua rencana penyajian bahan tersebut atas pendekatan yang telah dipilih.
(Method: a method is the practical realisation of an approach. The originators of a method have arrived at decision about types of activities, roles of teachers and learners, the kinds of material which will be helpful, and some model of syllabus organisations. Methods include various procedures and techniques as part of their standard fare. When methods have fixed procedures, informed by a clearly articulated approach, they are easy to describe. The more all-embracing they become, however, the more difficult it is to categorise them as real methods in their own right.Procedure: a procedure is an order sequence of techniques.)
Teknik didefinisikan sebagai kiat atau strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau segala sesuatu yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu, teknik harus konsisten dengan metode dan berkesesuaian dengan pendekatan. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan itu bersifat aksiomatik, metode bersifat prosedural, dan teknik implementasional.
(Technique: a common technique when using video material is called ’silent viewing’. This is where the teacher plays the video with no sound. Silent viewing is a single activity rather tahn a sequence, and as such is a technique rather than a whole procedure. Model is used to describe typical procedures or sets of procedures, usually for teachers in training. Such models offer abstractions of these procedures, designed to guide teaching practice.)
Tidaklah bijaksana mengatakan bahwa suatu model pembelajaran tertentu merupakan yang terbaik sedangkan yang lain dianggap tidak sesuai. Ada banyak factor yang menentukan keberhasilan pembelajaran bahasa. Dua faktor diantaranya adalah pendekatan dan metode pembelajaran. Pemilihan sebuah pendekatan akan menentukan pilihan metode pengajaran dan pemilihan sebuah metode pengajaranakan memetukan teknik pengajaran, bahan-bahan pengajaran, kegiatan guru-siswa di kelas serta perangkat assessmennya. Semua factor dan aspek tersebut akan banyak mempengaruhi motivasi, minat, dan sikap pebelajar maupun guru dalam proses pembelajaran.
Keberadaan berbagai pendekatan atau metode pengajaran bahasa, pada satu sisi sangat menguntungkan guru dan siswa sebagai pelaku proses pembelajaran karena tersedianya banyak pilihan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Namun di sisi lain dapat menimbulkan kebingungan dan perasan skeptic tentang kebenaran pendekatan-pendekatan dan keefektifan metode-metode yang ada. Pada akhirnya guru akan kembali ke ‘metode’nya sendiri. Oleh karena itu pemilihan dan penentuan pendekatan dan metode yang dipakai hendaknya mempertimbangkan berbagai factor dan pandangan yang terkait denga hakekat bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh dan bagaimana pembelajaran berlangsung.
Kecenderungan-kecenderungan pembelajaran bahasa tidak terlepas dari perubahan dan perkembangan pandangan bidang linguistic dan psikologi. Perkembangan pandangan tentang studi bahasa dari Linguistik Tradisional ke Struktural dank e Transformasi-Generatif dan perkembangan pandangan tentang proses pembelajaran dari koneksionisme (Thorndike) ke behaviorisme (Skinner) sampai dengan kognitivisme (Piaget), menentukan perubahan pendekatan dan proses pembelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah.
Model-model Pembelajaran Bahasa Inggris
A. Grammar Translation Method
Grammar Translation Method (GTM) merupakan perpaduan antara kegiatan atau metode Grammar dan Translation. Pada metode Grammar (the Grammar Method) sisiwa mempelajari kaidah-kaidah gramatika bersama-sama dengan daftar atau kelompok-kelompok kosakata. Kata-kata tersebut kemudian dijadikan frase ataau kalimat berdasarkan kaidah yang telah dipelajari. Pada metode ini penguasaan kaidah-kaidah lebih diutamakan daripada penerapannya (Prayogo:1998). Ketrampilan lisan, seperti pelafalan, tidak dilakukan. Metode ini mudah penerapannya karena guru tidak harus fasih berbicara bahasa ynag harus dipelajari, sedangkan evaluasi dan pengawasannya juga tidak sulit.
Metode Translaion (the Translation Method) berisi kegiatan-kegiatan penerjemahan teks yang dilakukan dari hal mudah ke hal yang sulit (Prayogo:1998). Pertama dari bahasa sasaran ke bahasa ibu dan sebaliknya. Penerjemahan teks dilakukan dengan cara penerjemahan kata per kata maupun gagasan per gagasan termasuk ungkapan-ungkapan idiomatic. Seperti pada metode Grammar, metode Translation dapat diajarkan pada kecil maupun besar dan guru tidak harus menguasai bahasa sasaran.
Perpaduan dua metode tersebut di atas melahirkan metode Grammar-Translation (the Grammar-Translation method/GTM) yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Pengajaran dimulai dengan pemberian kaidah-kaidah gramatika dan mengacu pada kerangka gramatika formal
2. Kosakata yang diajarkan bergantung pada teks yang dipilih sehingga tidak ada kesinambungan antara kelompok atau daftar kosakata yang satu dengan yang lainnya.
3. Penghafalan dan penerjemahan merupakan cirri kegiatan yang menonjol, yaitu menghafal dan menerjemahkan kosakata dan kaidah gramatika.
4. Pelafalan tidak diajarkan atau sangat dibatasi hanya pada beberapa aspek saja.
5. Lebih menekankan pada ketrampilan membaca dan menulis daripada menyimak dan berbicara.
Dari uraian di atas, GTM dapat didefinisikan sebagai metode pengajaran bahasa melalui analisis kaidah-kaidah bahasa secara rinci dan diikuti dengan penerapan pengetahuan tentang kaidah-kaidah tersebut untuk tujuan penerjemahan kalimat-kalimat dan teks-teks, baik dari bahasa sasaran ke bahasa ibu atau sebaliknya.
Ciri-ciri GTM:
a. menekankan ketepatan:siswa diharapkan dapat mencapai standar yang tinggi alam penerjemahan
b. meruntutkan butir atau kaidah-kaidah gramatika bahasa sasaran dengan ketat dalam silabus
c. menggunakan bahasa ibu pelajar sebagai medium instruksi
GTM mendomonasi pengajaran bahasa asing di Eropah dari tahun 1840-an sampai 1940-an dan masih digunakan sampai saat ini.
Teknik-teknik dalam Grammar Translation Method
1. Translation of a literary passage
2. Reading comprehension questions
3. Antonyms/synonyms
4. Cognates
5. Deductive application of rule
6. Fill-in-the-blanks
7. Memorization
8. Use words in sentences
9. Composition
B. Direct Method
Pengajaran langsung merupakan revisi dari Grammar Translation Method karena metode ini dianggap tidak dapat membuat siswa dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing yang sedang dipelajari. Dalam proses pembelajaran, penerjemahan dilarang digunakan.
Proses pembelajaran dengan DM, guru menyuruh siswa untuk membaca nyaring. Kemudian, guru memberi pertanyaan dalam bahasa yang sedang dipelajari. Selama proses pembelajaran berlangsung, realia seperti peta atau benda yang sesungguhnya bisa dipergunakan. Guru bisa menggambar atau mendemonstrasikan
Teknik-teknik dalam Direct Method
1. Reading aloud
2. Question and answer exercise
3. Getting students to self-correct
4. Conversation practice
5. Fill-in-the-blanks
6. Dictation
7. Map drawing
8. Paragraph writing
C. The Audio-Lingual Method
Istilah audio-lingulisme pertama-tama dikemukakan oleh Prof. Nelson Brooks pada tahun 1964. Metode ini menyatakan diri sebagai metode yang paling efektif dan efisien dalam pembelajaran bahasa asing dan mengklaim sebagai metode yang telah mengubah pengajaran bahasa dari hanya sebuah kiat ke sebuah ilmu. Audio-Lingual Method (ALM) merupakan hasil kombinasi pandangan dan prinsip-prinsip Linguistik Struktural, Analisls Kontrastif, pendektan Aural-Oral, dan Psikologi Behavioristik.
Dasar pemikiran ALM mengenai bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa adalah sebagaiberikut:
1. Bahasa adalah lisan, bukan tulisan
2. Bahasa adalah seperangkat kebiasaan
3. Ajarkan bahasa dan bukan tentang bahasa
4. Bahasa adalah seperti yang diucapkan oleh penutur asli
5. Bahasa satu dengan yang lainnya itu berbeda
Richards & Rodgers (1986:51 dalam Prayogo, 1998:9) menambahkan beberapa prinsip pembelajaran yang telah menjadi dasar psikologis audio-lingualisme dan penerapan nya sebagai berikut:
1. Pembelajaran bahasa asing pada dasarnya adalah suatu proses pembentukan kebiasaab yang mekanistik
2. Ketrampilan berbahasa dipelajari lebih efektif jika aspek-aspek yang harus dipelajari pada bahasa sasaran disajikan dalam bentuk lisan sebelum dilihat dalam bentuk tulis
3. Bentuk-bentuk analogi memberikan dasar yang lebih baik bagi pebelajar bahasa daripada bentuk analisis, generalisasi, dan pembedaan-pembedaan lebih baik daripada penjelasan tentang kaidah-kaidah
4. Makna kata-kata yang dimiliki oleh penutur asli dapat dipelajari hanya dalam konteks bahasa dan kebudaaan dan tidak berdiri sendiri
Richards and Rodgers juga mengatakan bahwa ketrampilan bahasa diajarkan dengan urutan: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bentuk kegiatan pengajaran dan pembelajaran ALM pada dasarnya adalah percakapan dan latihan-latihan (drills) dan latihan pola (pattern practice). Percakapan berfungsi sebagai alat untuk meletakkan struktur-struktur kunci pada konteksnya dan sekaligus memberikan ilustrasi situasi dimana struktur-struktur tersebut digunakan oleh penutur asli, jadi juga sebagai penerapan aspek cultural bahasa sasaran. Pengulangan dan penghafalan menjadi kegiatan yang dominan pada metode ini. Pola-pola gramatika tertentu pada percakapan dipilih untuk dijadikan kegiatan latihan pola. Kegiatan-kegiatan pembelajaran berdasarkan ALM adalah: repetition, inflection, replacement, restatement, completion, transposition,expansion, contraction, transformation, integration, rejoinders, dan restoration.
Prosedur pembelajaran menggunakan ALM
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
- Menjadi model pada semua tahapan pembelajaran
- Menggunakan bahasa Inggris sebanyak mungkin dan bahasa ibu sedikit mungkin
- Melatih ketrampilan menyimak dan berbicara siswa tanpa bahasa tulis dulu
- Mengajarkan struktur melalui latihan pola bunyi, urutan, bentuk-bentuk, dan bukan melalui penjelasan
- Memberikan bentuk-bentuk tulis bahasa sasaran setelah bunyi-bunyi benar-benar dikuasai siswa
- Meminimalkan pemberian kosakata kepada siswa sebelum semua struktur umum dikuasai
- Mengajarkan kosa kata dalam konteks - Mendengarkan sebuah percakapan sebagai model (guru atau kaset) yang berisi struktur kunci yang menjadi focus pembelajaran, mereka mengulangi setiap baris percakapan tersebut secara individu maupun bersama-sama, menghafalkannya dan siswa tidak melihat buku
- Mengganti dialog dengan setting tempat atau yang lainnya sesuai dengan selera siswa.
- Berlatih struktur kunci dari percakapan secara bersama-sama dan kemudian secara individual
- Mengacu ke buku teks dan menindaklanjuti dengan kegiatan membaca, menulis atau kosa kata yang berdasarkan percakapan yang ada, menulis dimulai dalam bentuk kegiatan menyalin dan kemudian dapat ditingkatkan.
Teknik-teknik pengajaran dalam ALM
1. Dialog Memorization
2. Backward Build-up (Expansion) Drill
3. Repetition Drill
4. Chain Drill
5. Single-slot Substitution Drill
6. Multiple-slot Substitution Drill
7. Transformation Drill
8. Question-and-answer Drill
9. Use of Minimal Pairs
10. Complete the Dialog
11. Grammar Game
D. The Silent Way
Ahli-ahli psikologi kognitif dan bahasa transformasi-generatif beranggapan bahwa belajar bahasa tidak perlu melalui pengulangan. Mereka percaya bahwa pebelajar dapat menciptakan ungkapan-ungkapan yang belum pernah didengar. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa pembelajaran bahasa tidak hanya menirukan tapi aturan-aturan berbahasa dapat membantu mereka menggunakan bahasa yang dipelajari.
Dalam proses pembelajarannya, guru hanya menunjuk ke suatu chart yang berisi deretan vocal dan konsonan. Guru menunjuk beberapa kali dengan diam. Setelah beberapa saat guru hanya member contoh cara pengucapannya. Kemudian menunjuk siswa untuk melafalkan sampai benar. Dlam proses pembelajaran guru banyak berdiam diri, dia hanya mengarahkan/menunjuk pada materi pembelajaran.
Teknik-teknik the Silent Way
1. Sound-Color Chart
2. Teacher’s Silence
3. Peer Correction
4. Rods
5. Self-correction Gestures
6. Word Chart
7. Fidel Charts
8. Structured Feedback
E. Suggestopedia
Georgi Losanov percaya bahwa dalam proses pembelajaran ada kendala psikologi. Suggestopedia merupakan aplikasi sugesti dalam pedagogi dimana perasaan pebelajar mengalami kegagalan dapat dihilangkan. Dalam model pembelajarn suggestopedia, kendala psikologi pebelajar dapat diatasi.
Dalam menaplikasikan model pembelajaran ini, ruang kelas ditata sedemikian rupa sehingga berbeda dengan kelas biasa. Siswa duduk di sofa dalam bentuk setengah lingkaran dengan penerangan yang remang-remang. Beberapa poster yang berhubungan dengan materi pembelajaran dipasang di tembok. Guru menyapa dalam behasa ibu kemudian meyakinkan siswa/pebelajae kalau mereka tidak perlu berusaha untuk belajar tapi pembelajaran akan berlangsung secara alami. Guru memutar music klasik kemudian mengarahkan pebelajar untu rileks dengan cara menarik nafas panjang. Selanjutnya guru mengajak pebelajar berimajinasi tentang materi yang sedang dipelajari. Ketika mereka membuka mata . mereka bermain peran. Setelah itu, guru membaca sambil memperdengarkan music. Guru tidak member pekerjaan rumah.
Teknik-teknik dalam Suggestopedia
1. Classroom Set-up
2. Peripheral Learning
3. Positive Suggestion
4. Visualization
5. Choose a New Identity
6. Role-Play
7. First Concert
8. Second Concert
9. Primary Activation
10. Secondary Activation
F. Community Language Learning
Metode ini mempercayai prinsip ‘whole persons’ yang artinya guru tidak hanya memperhatikan perasaan dan kepandaian siswa tapi juga hubungan dengan sesama siswa. Menurut Curran (1986:89) siswa mersa tidak nyaman pada situasi yang baru. Dengan memhami perasaan ketakutan dan sensitive siswa guru dapat menghilangkan perasaan negative siswa menjadi energy positif untuk belajar.
Kursi disusun melingkar dengan sebuah meja di tengah. Ada sebuah tape recorder di atas meja. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru menyuruh siswa membiat dialog dalam Bahasa Inggris. Jika siswa tidak mengetahui guru akan membantu. Percakapan siswa direkam. Kemudian, hasil rekaman di tulis dalam bentuk transkrip dalam bahasa Inggris dan bahasa ibu. Setelah itu kaidah-kaidah kebahasaan didiskusikan.
Teknik-teknik Community Language Learning
1. Tape-recording Student Conversation
2. Transcription
3. Reflection on Experience
4. Reflective Listening
5. Human Computer
6. Small Group Tasks
G. The Total Physical Response Method
Metode ini juga disebut ‘the comprehension approach’ yang menekankan pada pentingnya ‘listening comprehension’. Pada tahap awal pembelajaran bahasa asing terfokus pada pemahaman mendengarkan. Hal ini berdasarkan pada hasil observasi bagaimana anak-anak belajar bahasa ibu. Seorang bayi mendengarkan suara disekelilingnya selama berbulan-bulan sebelum ia dapat menyebut satu kata. Tidak ada seorangpun yang menyuruh bayi ubtuk berbicara. Seorang anak berbicara ketika ia sudah siap melakukannya.
Pada Natural Approach (yang dikembangkan oleh Krashen & Terrel), siswa mendengarkan guru yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing mulai awal proses pembelajaran. Guru dapat membantu siswa untuk memahami materi dengan menggunakan gambar dan beberapa kata dalam bahasa ibu. Natural Approach hamper sama dengan Direct Method. Pada Total Physical Response (TPR), siswa mendengarkan dan merespon instruksi lisan guru. Bentuk instruksi yang diberikan seperti ‘Turn around’, ‘Sit down’, ‘Walk’, ‘Stop’, ‘Jump’, etc.
Teknik-teknik dalam the Total Physical Response Method:
1. Using Commands to Direct Method
2. Role Reversal
3. Action Sequence
H. The Communicative Approach (Communicative Language Teaching)
Mumby (1978) menyebut pendekatan komunikatif sebagai ‘communicative syllabus’. Widdowson menyebutnya sebagai ‘communicative approach’, sedangkan Richards and Rodgers menyebutnya ‘communicative language teaching (CLT). Istilah-istilah seperti notional-functional approach atau functional approach.
Communicative Approach/CA (Communicative Language Teaching) berasal dari perubahan pada tradisi pengajaran bahasa di Inngris pada akhir tahun 1960 dan kemunculannya dipertegas oleh:
1. Kegagalan ALM yang menghasilkan penutur-penutur bahasa asing atau bahasa kedua yang baik dan fasih tetapi tidak mampu menggunakan bahasa yang dipelajari dalam interaksi yang bermakna
2. Pandangan Chomsky tentang kreatifitas dan keunikan kalimat sebagai cirri dasar sebuah bahasa
CA bertujuan untuk menjadikan kompetensi komunikatif (communicative competence) sebagai tujuan pengajaran bahasa dan untuk mengembangkan teknik-teknik dan prosedur pengajaran ketrampilan bahasa yang didasarkan atas aspek saling bergantung antara bahasa dan komunikasi. Kompetensi komunikatif mencakup kompetensi gramatika, sosiolinguistik, dan strategi. Kemampuan komunikatif berbahasa (communicative language ability) meliputi pengetahuan atau kompetensi dan kecakapan dalam penerapan kompetensi tersebut dalam oenggunaan bahasa yang komunikatif, kontekstual, dan sesuai.
Beberapa pemerian mengenai kompetensi komunikatif secara umum berpandangan bahwa makna profisiensi dalam sebuah bahasa tidak hanya sekedar mengetahui sistem kaidah-kaidah gramatikal (fonologi, sintaksis, kosakata, dan semantic). Fokus metode ini pada dasarnya adalah elaborasi dan implementasi program dan metodologi yang menunjang kemampuan bahasa fungsional melalui partisipasi pemebelajaran dalam kegiatan-kegiatan komunikatif. Di bawah ini adalah perbandingan antara ALM dan CA
Audio-Lingual Method Communicative Approach
- Lebih memperhatikan struktur dan bentuk daripada makna
- Menuntut penghafalan dialog yang berisi struktur-struktur tertentu
- Butir-butir bahasa tidak harus kontekstual
- Pembelajaran bahasa adalah pembelejaran struktur, bunyi, dan kosakata
- Penguasaan atau overlearning menjadi tujuan
- Drilling menjadi teknik utama pengajaran
- Pelafalan seperti penutur asli menjadi tujuan
- Penjelasan tentang gramatika dihindari
- Kegiatan komunikatif dilaksanakan setelah proses panjang drilling dan latihan-latihan
- Penggunaan bahasa ibu dihindari
- Penerjemahan dihindari pada tingkat-tingkat awal
- Membaca dan menulis ditunda sampai ketrampilan berbicara dikuasai
- Sistem bahasa sasaran dipelajari melalui pengajaran nyata tentang pola-pola sistem bahasa tersebut
- Kompetensi bahasa menjadi tujuan yang ingin dicapai
- Variasi-variasi bahasa ditekankan, tetapi cukup diketahui oleh pebelajar
- Urutan penyajian unit-unit pelajaran ditentukan hanya berdasarkan pada prinsip-prinsip kerumitan bahasa
- Guru mengawasi siswa dan menjaga agar mereka tidak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan teori pembelajaran
- Bahasa itu adalah kebiasaan, sehingga kesalahan harus dihindari sama sekali
- Ketepatan penggunaan bahasa formal menjadi tujuan utama
- Siswa diharapkan berinteraksi dengan system bahasa
- Guru harus menyatakan bahasa yang harus digunakan oleh siswa
- Motivasi intrinsic akan timbul dari munculnya minat pada struktur bahasa sasaran - Makna adalah yang utama
- Jika dialog digunakan, maka difokuskan pada fungsi-fungsi komunikatif dan tidak dihafal
- Kontekstualisasi menjadi premis dasar
- Belajar bahasa adalah belajar untuk berkomunikasi
- Komunikasi efektif menjadi tujuan
- Drilling dapat dilakukan tetapi tidak menjadi yang utama dalam pembelajaran
- Pelafalan yang dapat dipahami menjadi tujuan
- Asalkan membantu pebelajar cara atau teknik apapun dapat digunakan; bervariasi berdasarkan umur, minat, motivasi pebelajar, dll.
- Usaha pebelajar untuk berkomunikasi didorong dari saat awal pembelajaran
- Jika diperlukan penggunaan bahasa ibu pebelajar dibenarkan
- Penerjemahan dapat dilakukan bila pebelajar mendapatkan manfaat dari pelaksanaannya
- Membaca dan menulis dapat dimulai dari hari pertama pembelajaran jika dikehendaki
- Sistem bahasa sasaran paling baik dipelajari melalui proses usaha untuk berkomunikasi
- Kompetensi komunikatif menjadi tujuan yang ingin dicapai, yaitu kemampuan untuk menggunakan system bahasa secara efektif dan efisien
- Variasi bahasa menjadi konsep utama di dalam bahan dan metode yang dipakai
- Urutan penyajian unit-unit ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, dan makna yang dapat tetap menjaga minat pebelajar
- Guru membantu pebelajar dengan berbagai cara yang dapat member I motivasi kepada mereka dalam belajar bahasa
- Bahasa diperoleh oleh seseorang sering melalui ‘trial and error’
- Kefasihan dan bahasa yang dapat diterima merupakan tujuan pembelajaran
- Siswa diharapkan berinteraksi dengan orang lain
- Guru tidak dapat mengetahui bahasa yang akan digunakan oleh siswa
- Motivasi intrinsic akan timbul dari minat terhadap apa yang dikomunikasikan oleh bahasa sasaran
Teknik-teknik pengajaran pada CA
1. Authentic Materials
2. Scrambled Sentences
3. Language Games
4. Picture strip story
5. Role-play
I. Pendekatan Integratif dan Kebermaknaan
Dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa makna pendekatan integratif pada dasarnya ada dua. Yang pertama adalah makna pendekatan integrative yang berasumsi bahwa dalam pembelajaran bahasa tidak ada urutan dan penggunaan penyajian ketrampilan berbahasa secara terpisah-pisah. Masih dalam pengertian ini, pendekatan integrative juga berasumsi bahwa ketrampilan berbahasa tidak berkembang secara berurutan dari ketrampilan menyimak, berbicara, membaca, dan kemudian menulis, melainkan bahwa setiap pembelajaran bahasa selalu melibatkan lebih dari satu ketrampilan atau bersifat integrative, seperti misalnya membaca dan menulis, atau menyimak dan berbicara atau bahkan keempat ketrampilan berbahasa secara bersama-sama, misalnya dalam kegiatan bercerita di kelas. Jdi, ketrampilan berbahasa dapat pula berkembang secara bersama-sama.
Yang ke dua aalah makna pendekatan integrative yang berkaitan degan keberadaan pendekatan-pendekatan dan metode-metode pembelajaran bahasa. Keberadaan berbagai macam pendekatan dan metode pembelajaran bahasa yang menyatakan diri sebagai pendekatan dan metode yang paling bagus, efektif, dan efisien menciptakan suatu pandangan pembelajaran bahasa ‘multiple dimensional’. Pendekatan ini merupakan pemaduan (integration) berbagai macam pendekatan dan metode pembelajaran. Pemaduan ini dapat didasarkan pada pijakan pengalaman dan kegiatan pra-ilmiah, yang kemudian memunculkan istilah ‘functionally ecletic methodology’, yang bukan merupakan bangunan ilmiah tetapi terbuka bagi masukan dan saran-saran yang berguna dari ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sistematis. Pemaduan ini dapat pula berdasarkan pada criteria dan premis-premis ilmiah yang benar, yang kemudian memunculkan istilah ‘scientific integrated approach’. Prinsip-prinsip ‘functionally eclectic method’ antara lain:
1. Memadukan apa yang berguna pada metode pengajaran yang ada
2. Memadukan setiap pengajaran yang ada kecuali pengajaran yang ‘tidak baik’
3. Memadukan setiap proses pembelajaran kecuali pembelajaran yang ‘tidak baik’
4. Merupakan antithesis bagi metode yang paten, yang mengklaim dapat ‘membunuh beberapa burung hanya dengan satu lemparan batu’
5. Memiliki analogi ‘menemukan batu yang tepat untuk membunuh burung yang tepat’ dan ‘membunuh satu burung dengan lebih dari satu batu’
Inti gagasan ‘scientific integrated approach’ adalah perpaduan antara beberapa disiplin ilmu karena prinsip-prinsip pembelajaran bahasa tidak hanya pada bidang linguistic tapi juga psikologi, dan semua bidang ilmu yang mampu menjelaskan berbagai aspek dan factor yang berkaitan dalam pembelajaran. Metode yang didasarkan pada pendekatan ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Analisis bahasa dan bahasa tertentu yang diajarkan secara antropologis dan linguistic yang dilakukan secara ilmiah
2. Analisis proses pembelajaran bahasa ke dua atau asing secara psikolinguistik
3. Pendefinisian tujuan khusus yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa
4. Masukan-masukan dari teori umum pengajaran dan dari hasil pengalaman dan eksperimentasi dalam pengajaran bahasa asing (dimensi sejarah dan eksperimental)
Berdasarkan uraian di atas, kecenderungan pembelajaran bahasa saat ini bertumpu pada 2 hal berikut ini:
a. Bahwa pengajaran dan pembelajaran bahasa yang efektif harus didasarkan pada pertimbangan berbagai factor dan aspek, sehingga membicarakan GTM dan ALM tidak akan memberikan banyak arti sebab keduanya akan dianggap sebagai bagian dari kerangka metode integrative yang lebih besar.
b. Bahwa perancangan pemograman belajar bahasa harus melibatkan berbagai bidang ilmu, misalnya linguistic, antropologi, psikologi, neurologi, dan sosiologi, karena sumbangan prinsip-prinsip yang ada pada bidang-bidang ilmu tersebut tentang bahasa dab bagaimana bahasa itu diperoleh sangat bermakna bagi pembelajaran bahasa.
Aspek kebermaknaan dinyatakan sebagai pembelajaran bahasa yang efektif dan efisien dimana dalam pembelajaran tersebut digunakan dalam situasi yang asli dan bermakna. Perlu ditambahkan bahwa kegiatan membaca dan menulis harus relevan dengan kehidupan nyata. Pembelajaran bahasa harus memberikan kesempatan bagi pebelajar untuk menggunakan beberapa fungsi bahasa yang berbeda untuk tujuan-tujuan yang nyata. Ada dua cara yang efektif agar pembelajaran bermakna, yaitu dengan mengintegrasikan keempat ketrampilan berbahasa dan dengan melibatkan bidang-bidang studi yang lain, misalnya IPA, IPS, computer, dan seni. Beberapa prinsip penting pendekatan kebermaknaan dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah sebagai berikut:
1. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (pola kalimat dan kosa kata) bahasa. Dengan demikian, struktur bahasa berperan sebagai alat unutk mengungkapkan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan)
2. Makna ditentukan oleh situasi atau konteks dimana bahasa itu digunakan
3. Makna yang sama dapat diungkapkan dengan menggunakan kalimat yang berbeda, sebaliknya kalimat atau kalimat yang salah dapat mempunyai makna yang berbeda dalam situasi yang berbeda
4. Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut
5. Motivsi belajar siswa merupakan factor penting dalam belajar bahasa asing. Kadar motivasi dapat ditentukan oleh kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran siswa
6. Bahwa pelajaran dan kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa kalau berhubungan langsung dengan kebutuhan siswa untuk berkomunikasi serta kebutuhan masa depannya
7. Dalam proses belajar mengajar, siswa merupakan subyek utama, oleh karena itu kebutuhan mereka harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran
8. Dalam proses belajar mengajar, guru bertugas sebagai fasiliatator yang membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasa
Implikasi dari prinsip-prinsip tersebut di atas dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMP dan SMA adalah bahwa (1) tema yang dikembangkan menjadi pokok bahasan digunakan sebagai dasar pengaturan bahan pengajaran ke dalam satuan pelajaran, (2) unsure-unsur bahasa: tata bahasa, kosa kata, ejaan, dan pelafalan disajikan dalam lingkup situasi atau tema yang telah ditentukan, (3) pembelajaran unsure-unsur bahasa ditujukan untuk mendukung penguasaan atau pengembangan empat ketrampilan berbahasa berdasarkan tema yang telah ditentukan, bukan untuk kepentingan penguasaan unsur-unsur itu sendiri, (4) unsure-unsur bahasa yang sulit bagi siswa dapat disajikan tersendiri secara sistematis sesuai dengan tema yang sedang dibahas, dan (5) ketrampilan berbahasa disajika secara terpadu meskipun fokusnya tetap pada ketrampilan membaca.
J. Model Tematik
Dalam model tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstual, kontemporer, kongkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan siswa yang terjadi saat ini. Budaya, social, dan regiliusitas mereka menjadi perhatian. Begitu pula, isis tema disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang dilingkungan siswa juga harus terbahas dan didiskusikan di kelas. Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara kongkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
Dari uraian di atas, tampaklah bahwa peran guru amat menentukan dalam mendesain kesuksesan pembelajaran bahasa Inggris dengan tematik:
1. Guru perlu menekankan bahwa bahasa merupakan sarana berpikir. Ketrampilan berbahasa siswa menjadi tolok ukur kemampuan berpikir siswa
2. Kreativitas siswa perlu diperhatikan oleh guru terutama dalam kreativitas berbahasa dengan menggunakan kaidah-kaidah yang ada
3. Selama proses pembelajaran berlangsung, suasana harus menyenangkan siswa. Oleh karena itu, minat, keingintahuan, dan semangat siswa perlu mendapatkan perhatian
4. Ada banyak model dan teknik yang sesuai sehinnga guru tidak perlu monoton, klise, membosankan, dan kehabisan teknik pembelajaran
5. Guru harus terlebih dahulu memperhatikan apa yang diucapkan siswa sebelum memperhatikan bagaimana siswa menungkapkan
K. Model Kuantum
Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning and Teaching) dimulai di Super Camp, sebuah program percepatan berupa Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan ketrampilan akademis dan ketrampilan pribadi. Model kuantum diciptakan berdasarkan teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Losanov), Multiple Intelligence (Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Grinder & Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning ( Johnson and Johnson), dan Element of Effective Instruction (Hunter).
Pada tahun 1940-an, Freire sudah memaparkan konsep pendidikan seperti itu. Kemudian pada tahun 1954, George Losanov, seorang psikolog, melalui penelitian bahasa menemukan bahwa belajar dapat menghasilkan sesuatu secara cepat jika berada dalam kondisi antara sadar dan tidak sadar. Hasilnya, jika anak belajar menghitung dengan model Losanov dapat menjadi seratus kali lebih cepat jika dibandingkan dengan hitungan biasa. Model Losanov dinamakan pendekatan Suggestopedia karena memanfaatkan segestif dalam proses pembelajarannya. Kemudian, Bobbi DePorter mengembangkan konsep Suggestopedia melalui berbagai penelitian sehingga berhasil menemukan konsep Quantum Learning.
Quantum Learning (QL) merupakan model pendekatan belajar yang bertumpu dari model Freire dan Losanov. QL mengutamakan percepatan belajar dengan cara partisipori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi cirri khas QL. Menurut QL, bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena ynag kompleks. Segala sesuatunya dapat berarti – setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi – dan sampai sejauh mana guru/pelatih menggubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran. Maka sejauh itulah proses belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mengingat, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat.
Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasliltasi, dan konteks denga prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum menemukan, akui setiap usaha pembelajar, dan jika layak dipelajari bearti layak untuk dirayakan. QL mengutamakan konteks dan isi. Konteks berisi tentang (1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3) lingkungan yang mendukung dan rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi terdiri atas (1) penyajian yang prima, (2) fasilitas yang luwes, (3)ketrampilan belajar untuk belajar, dan ketrampilan hidup.
Model pendidikan dirancang dengan system induktif, moving action, multi pendekatan, partisipori, dan pelibatan diri secara sadar dan tidak sadar. Kemudian, tahapannya diatur melalui persepsi, identifikasi diri, aktualisasi diri, penguatan diri, pengukuhan diri, dan refleksi. Alam digunaka sebagai sarana dasar dalam mengenal diri sendiri. Kemudian, strategi penemuan konsep dilakukan.
Ql mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Model kuantum adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar dengan menyinkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan music, mewarnai lingkungan sekeliling, menyususn bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif pembelajaran, dan keterlibatan aktif siswa dan guru. Asas yang digunakan adalah ‘Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka’.
Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek model kuantum. Prinsip tersebut adalah (1) segalanya berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Konteks dan isi sangat mendominasi dalam pelaksanaan pembelajaran kuantum. Konteks adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks dianggap sebagai suatu suasana yang mampu memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan isi berkaitan denga penyajian yang rpima, fasilitas yang luwes, ketrampilan belajar untuk belajar, dan ketrampilan hidup.
Oleh model kuantum, siswa dianggap sebagai pusat keberhasilan belajar. Saran-saran yang dikemukakan dalam membangun hubungan dengan siswa adalah:
1. Perlakukan siswa sebagai manusia sederajat
2. Ketahuilah apa yang disukai siswa, cara berpikir mereka, dan perasaan mereka
3. Bayangkan apa yang mereka katakana kepada diri sendiri dan mengenai diri sendiri
4. Ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar-benar mereka inginkan jika guru tidak tahu tanyakanlah ke siswa
5. Berbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara yang membuat mereka mendengarnya dengan jelas dan halus
6. Bersenang-senanglah bersama mereka
L. Model SAVI
Model pembelajaran SAVI bersumber pada konsep percepatan belajar (The Accelarated Learning) dengan prinsip somatic, auditori, visual, dan intelektual yang bertujuan agar siswa dapat mempercepat, meningkatkan, menciptakan, dan memanusiawikan pembelajar sehingga berkinerja tinggi. Guru harus paham prinsip-prinsip SAVI sehingga mampu menjalankan model pembelajaran dengan tepat. Prinsip tersebut adalah:
1. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh
2. Belajar adalah berkreasi dan bukan mengonsumsi
3. Kerjasama membantu proses belajar
4. Pembelajaran berlangsung dengan banyak tingkatan secara simultan
5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri
6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran
7. Otak menyerap informasi secara langsung dan otomatis
Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI adalah persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. Kreasi apapun, guru perlu dengan matang mempersiapkan keempat tahap tersebut. Pada tahap persiapan, guru perlu menciptakan kondisi belajar yang mampu memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar siswa, dan mencipatakn situasi yang nyaman dan menyenangkan dalam persiapan belajar. Dalam tahap penyampaian, guru perlu membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Dalam tahap pelatihan, guru perlu melakukan pengintegrasian pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai cara. Dalam tahap penampilan hasil, guru perlu membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan dan ketrampilan baru pada bentuk praktik nyata hingga melekat dan meningkatkan pengalaman belajar yang dimiliki.
Dalam model SAVI, apapun jenis teknik pembelajaran diperbolehkan asalkan dapat mempercepat hasil belajar dan berkesan. Piktogram, bernyanyi, bursa pertanyaan, lagu, kartu kata, simulasi, rekreasi, dan observasi merupakan teknik yang biasa digunakan dalam model SAVI. Hambatan yang sering muncul adalah keterlenaan siswa dalam larut pada aspek mediasinya disbanding pada aspek pencapaian kompetensi. Untuk itu, guru perlu konsisten dan tersistem sehingga tujuan pembelajaran tetap dapat terkontrol dengan baik.
M. Pendekatan Literasi (Literacy Approach)
Kern (2000) menyebutkan tujuh prinsip pembelajaran bahasa berbasis literasi untuk konteks pendidikan bahasa ke dua atau bahasa asing, yakni:
1. Interpretasi
Ketika peserta didik berbicara atau menulis, sebenarnya ia melakukan interpreatsi terhadap realita yang dihadapinya dan kemudian ia ‘menerjemahkan’ realita itu ke dalam bahasa. Ketika ia membaca, ia juga menginterpretasikan tulisan yang dibacanya. Oleh karena itu latihan ketrampilan bahasa merupakan hal penting yang senantiasa merangsang kegiatan interpreatsi.
2. Konvensi
Cara orang membaca tidaklah universal melainkan dituntun oleh konvensi atau kebiasaan yang ada dalam budayanya. Teks-teks yang biasa dijumpainya akan membentuk expectation tertentu dalam diri pembaca. Membaca bahasa asing dapat berarti menyesuaikan diri kepada konvensi-konvensi baru yang tidak biasa dijumpai dalam bahasa asli seseorang. Struktur teks bahasa Indonesia, misalnya, tidak dapat dikatakan sama dengan struktur teks bahasa Inggris meskipun barangkali tujuan komunikatif teks tersebut sama. Misalnya, surat undangan resepsi dalam bahasa Inggris cenderung lebih sederhana yang langsung ‘to the point’ tanpa banyak basa-basi. Ketika peserta didik diminta untuk menulis undangan berbahasa Inggris terkadang ia berusaha menerjemahkan bagian basa basi tersebut ke dalam bahasa Inggris. Usaha ini biasanya tidak berhasil karena undangan dalam budaya Inggris tidak mengandung langkah retorika tersebut.
3. Kolaborasi
Kolaborasi atau melakukan tugas secara berpasangan, berkelompok atau dengan bantuan guru adalah tahap penting dalam proses pembelajaran dan ini dimaksudkan agar peserta didik memperoleh kepercayaan diri sebelum dituntut untuk menunjukkan kinerja secara mandiri. Kolaborasi ini dapat berbentuk interaksi antar peserta didik atau peserta didik dan guru atau mempersiapkan percakapan bersama. Atau menulis sesuatu bersama. Pada saat peserta didik menulis mandiripun, masih diperlukan kolaborasi dengan guru untuk memeriksa draft atau aspek lainnya sehingga tulisan versi akhirnya merupakan hasil usaha terbaik peserta didik. Kolaborasi juga mempunyai makna lain, yaitu dalam mempertimbangkan audience. Ketika seseorang berbicara atau menulis, ia perlu mempertimbangkan siapa yang diajak berkomunikasi sehingga ia dapat memutuskan dengan baik apa yang selayaknya dikatakan dan bagaimana cara mengatakannya. Sebaliknya, sebagai pembaca pun peserta didik perlu berusaha memahami maksud penulis dengan mengerahkan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya
4. Pengetahuan budaya
Keempat ketrampilan berbahasa berfungsi dalam satu system sikap, keyakinan, kebiasaan, cita-cita dan seperangkat nilai. Ketik peserta didik mencoba berbahasa Inggris dan masih menggunakan system-sistem budaya Indonesia ia beresiko untu mengalami kesalahfahaman atau dislahfahami oleh pihak yang tidak mengerti latar belakang budaya peserta didik, sepert misalnya memberikan nomor telepon.
5. Pemecahan masalah
Kegiatan belajar mengajar disarankan melibatkan proses problem solving krena pada dasarnya orang berkomunikasi untuk memecahkan masalah. Misalnya peserta didik harus menulis undangan untu satu acara kepada berbagai pihak. Tentunya undangan yang ditulisnya tidak akan sama isisnya tergantung siapa yang diundangnya.Begitu pula jika ia harus mengundang secara lisan atau lewat telepon. Keputusan untuk mengatakan apa atau menulis apa adalah kegiatan problem solving yang berharga dalam proses pengembangan literasi
6. Refleksi
Kegiatan berbahasa tidak hanya berarti memahami atau mengungkapkan gagasan yang sedang dikomunikasikan. Kegiatan berbahasa juga juga member kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi mengenai perilaku berbahasanya dan perilaku berbahasa orang lain. Misalnya, peserta didik tidak hanya diharapkan untuk memahami makna gagasan tetapi juga merefleksikan bagaimana teks disusun, bagaimana gagasan ditata dan dihubungkan
7. Penggunaan bahasa
Literasi bukan hanya berhubungan dengan bahasa tulis atau penegtahuanleksikogrammar. Literasi mensyaratkan pengetahuan bagaiman bahasa digunakan dalam konteks lisan dan tulis untuk menciptakan wacana. Artinya, peserta didik mampu membicarakan atau menulis atau memahami atau membaca hal-hal yang bersangkutan dengan hidupnya.
Setiap rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip literasi memiliki target yang sma yakni memnuat siswa mampu berkomunikasi secara lisan dan tulis dalam bahas Ingris (the English way). Untuk mencapai kompetensi komunikatif, semua kegiatan guru dan pengalaman pembelajaran siswa diatur dalam scenario yang membantu guru mengintegrasikan pembelajaran keempat ketrampilan berbahasa. Skenario ini merupakan implementasi Genre-Based Approach.
Tahapan dan siklus Genre-Based Approach (GBA)
Ada dua siklus, yaitu siklus lisan dan siklus tulis. Setiap siklus meliputi empat tahapan seperti di bawah ini:
1. Building Knowledge of Field (BKOF)
BKOF meliputi talking atau membicarakan topic yang akan dibahas. Kegiatan ini bersifat interaktif antara guru dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik sehingga ketrampilan listening dan speaking dimulai disini. Misalnya, membicarakan makanan yang paling dikenal peserta didik seperti nasi goring. Guru dapat meminta peserta didik untuk berpartisipasi dalam mengembangkan kosa kata yang diperlukan untuk membuat nasi goring, mukai dari kata benda, kata kerja dan tata bahasa yang digunakan untuk teks ini, misalnya imperative. Kegiatan belajar membuka kamus dapat dilakukan disini, demikian pila conjunctions sederhana dapat dikenalkan karena kata-katatersebut fungsiaonal. Unsur budaya dibicarakan dalam tahap ini
2. Modelling of Text
Pada tahap Modelling of Text (MT) ini guru menyajikan teks conversation,misalnya, anatara ibu dan anak yang sedang memasak di dapur yang melibatkan petunjuk dan prosedur, memesan makanan di restoran, meminta tolong kepada pelayan toko yang sederhana dan relevan dengan kehidupan anak. Disini kegiatan mendengarkan dominan. Teks tulis seperti resep juga dikenalkan pada tahap ini dengan menggunakan bahasa yang khas resep; artinya tanpa basa basi kesantunan, padat, ringkas dan bentuk dan unsure teksnya cenderung tetap, yakni: judul, bahan, cara memasak, cara menghidangkan. Pada tahap ini kegiatan reading menjadi dominan.
3. Joint Construction of Text (JCT)
JCT berarti peserta didik secara bersama-sama, misalnya dalam kelompok atau berpasangan, menciptakan conversation sederhana mengenai cara membuat makanan da kemudian dapat menyusun resep makanan yang mereka bicarakan bersama-sama. Pada tahap ini diharapkan mereka telah dibekali denga pengetahuan dan pengalaman pada tahap BKOF dan MT sehingga mereka dapat mencontoh dan memodifikasi contoh-contoh tersebut untuk diterapkan dalam konteks resep yang baru. Disini kegiatan berbicara dominan. Pada siklus tulis, kegiatan menulis
bersama menjadi dominan.
4. Independent Construction of Text
Pada tahap Independent Construction of Text (ICT) ini peserta didik diharapkan mampu melaksanakan conversation atau monolog yang melibatkan tindak tutur yang digubakan dalam teks prosedur dalam konteks yang baru secara mandiri atau spontan. Misalnya, seorang peserta didik dapat member penjelasan kepada temannya tentang bagaimana membuat bakmi goring dalam conversation yang terkadang melibatkan monolog sehingga ia perlu menggunakan conjunction. Terbuka kemungkinan bagi peserta didik untuk membicarakan topic yang baru sebagai pengembangan dari apa yang sudah dipelajarinya.
Dalam hal teks tulis, peserta didik diharapkan mampu menulis, misalnya, resep masakan yang disukainya secara mandiri dengan menggunakan tata bahasa dan tata tulis yang sudah dipelajarinya. Hasil tulisan tersebut harus dapat difahami oleh pembacanya dengan baik. Peserta didik dapat saling bertukar resep atau menempelkan resep-resep mereka di dinding dengan diberi ilustrasi gambar. Peserta didik diharapkan merasa bangga akan hasil karyanya dan mempublikasikannya di ruang kelas. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap senang menulis dan tidak malu mempublikasikan tulisan.
Teknik mengajar apapun yang telah dipelajari dan dimiliki guru dapat digunakan dalam scenario pembelajaran di atas.
Teknik-teknik pembelajaran ketrampilan berbahasa dan kaidah-kaidah bahasa
The techniques of teaching reading skills :
1. Pre-reading activities.
2. While-reading activities.
3. Post-reading activities
The steps to teach vocabulary
Look at the theme and sub theme.
Look at the list of vocabulary in the syllabus.
Look at the text to see how many words have been include.
Select which word to teach.
Decide when and how to teach.
Techniques to teach vocabulary
1. Contextual meaning ( deducing meaning from context)
2. Paraphrasing
3. Exemplification
4. Realias
5. Demonstration
6. Gestures
7. Models
8. Completion
9. Matching
10. Close procedure
11. Sentence translation
12. Grouping
13. Word classification
14. Crossword puzzles
15. Translation
16. Comparison contrast
How To teach listening
Pre-listening Stage
- looking pictures before listening
- looking at a list of items / thoughts
- making a list of possibilities
- Reading a text before listening
- Reading through questions
- labeling pictures
- Completing part of a chart
- predicting / speculating
- Previewing the language which will be heard in the listening text
- Informal teacher talk and class discussion
The while-listening stage
Ideas for while-listening activities
1. Marking / checking
2. Matching pictures with what is heard
3. Storyline picture sets
4. Completing pictures
5. Picture drawing
6. Carrying out an action
7. Making models / arranging items in patterns
8. Following a route
9. Completing grids
10. Form / chart completion.
11. Labelling
12. Using list
13. True-false
14. Multiple-choice questions
15. Text completion
16. Spotting mistakes
17. Predicting
18. Seeking specific Putting pictures in order
Ideas for post-listening activities
1. Form / chart completion
2. Extending lists
3. Sequencing / ‘grading’
4. Matching with a reading text
5. Extending note info written response
6. Summarising
7. Using information from the listening text for problem solving and decision making activities
8. Jigsaw listening
9. Identifying relationship between speakers
10. Establishing the mood/ attitude / behaviour of the speaker
11. Roleplays / simulation
12. dictation
Types of Communication Activities
1. From listening
a. Following Instruction
b. Jigsaw Listening
c. Partial Listening
d. Sound into Stories
e. Problem Solving/ Mystery
2. From reading
a. Jigsaw Reading
b. Paralel Reading
c. Partial Reading
d. Jumbled Reading : to sequence the bits
e. Instruction
f. Problem solving
g. Reaching Concensus
h. Cloze test
3. From Writing
a. Chain Writing
b. Jigsaw Writing : In a group each student give a specific paragraph sequencing to make a story
c. Instructions : Each group write instruction to tell another group how to play a game, a find things
d. Correspondence : Groups write letters to each other - given a situation and purpose. Each group then replies
e. Unfinished story : The students are given incomplete story with the last paragraph taken out. They have to complete the story.
4. Using Drama
a. Role Play
b. Scenario
c. M i me
d. Simulation
5. Using visual Stimuli
a. Sequencing
b. Prediction
c. Spot the difference, Puzzle
d. Matching
e. Deseribe and draw
Grammar Presentation Techniques
Characteristic:
- Clear
- Efficient
- Lively and interesting
- Appropriate
- Productive
How ?
1. Using chart
2. Using dialogue
3. Using a ‘mini-situation
4. Using text contrast
5. Using text for grammar explanation
Using visual for situation
Some Ways of Teaching Grammar
1. EGRA : Exposure / Experience
Generalization
Re-enforcement
Application
2. P.G.R : Practice
Generalization
Re-enforcement
3. T.R.P : Testing
Revision
Practice
4. T.P.R : Total Physical Response
5. P.P.P : Presentation
Practice
Production
Penutup
Guru kreatif dan inovatif tidaklah akan cepat puas dengan salah satu tindakan yang dilakukannya di dalam kelas sebelum mendapatkan hasil yang memuaskan bagi dirinya, siswa, dan kepentingan akademis (Suyatno, 2007:6). Banyak jalan menuju Roma, begitu pula banyak jalan untuk menjadi guru yang terbaik di antara yang baik. Guru yang seperti ini biasanya apabila mengajar selalu:
1. Berpusat pada siswa
2. Lebih senang pola induktif daripada deduktif
3. Menarik dan menantang dalam menyajikan mata ajar
4. Berorientasi pada kompetensi siswa
5. Menekankan pembelajaran bukan pengajaran
6. Memvariasikan model dan teknik pemeblajaran
7. Menggunakan sentuhan manusiawi
8. Menggunakan media belajar yang menghasilkan pesan maksimal
9. Menilai secara autentik
10. Mengedepankan citra mengajar
Pola guru konvensional: berceramah apapun materinya
Pola guru multimodel: melakukan berbagai cara (kata kunci, skema, resume, gambar, menyusun potongan konsep, isisn lanjutan, analogi, permainan, dsb.
Langganan:
Postingan (Atom)